Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 19 Mar 2025, 16:10 WIB

Investor Waspada! Rupiah Melemah, Rabu (19/3), Menanti Langkah The Fed

Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dollar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta.

Foto: ANTARA FOTO/ Dhemas Reviyanto.

JAKARTA – Kurs rupiah kembali melemah dalam perdagangan tengah pekan ini dan bahkan melampaui target dalam asumsi makro APBN 2025 di level Rp16.000 per dolar AS . Pelemahan tersebut menambah deret panjang catatan negatif dari mata uang garuda.

Untuk itu, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) perlu segera mengatasi pelemahan tersebut. Jika terus berlarut-larut, pelemahan rupiah dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas ekonomi nasional.

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menyatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunga yang akan dirilis besok.

“Rupiah hari ini diperkirakan ditutup melemah di kisaran Rp16.480 - Rp16.540 dipengaruhi oleh faktor global terkait hasil pertemuan The Fed mengenai arah kebijakan suku bunga yang akan rilis besok,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan informasi Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) di kisaran 4,25 - 4,50 persen dalam pertemuan yang berakhir hari ini.

Namun, proyeksi ekonomi terbaru dari para pejabat The Fed akan menjadi sorotan utama mengingat risiko resesi meningkat akibat kebijakan perdagangan yang agresif.

Saat ini, sentimen pasar menunjukkan kekhawatiran bahwa tarif impor AS dapat memperburuk inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Pasar juga mencermati pernyataan The Fed terkait potensi pemangkasan suku bunga di semester kedua tahun ini.

“Pelemahan rupiah lebih dikarenakan pelaku pasar menghindari aset-aset berisiko seperti rupiah dan menempatkan pada emas dikarenakan meningkatnya risiko resesi perekonomian AS, dampak dari kebijakan tarif Presiden Trump,” ungkap Rully.

Adapun sentimen dari domestik berasal dari isu pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan.

Pada Selasa BEI melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Pembekuan perdagangan dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai lebih dari 5 persen.

Menurut Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong, beberapa faktor yang menyebabkan penurunan tersebut ialah kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran, penurunan peringkat saham, hingga isu pengunduran Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Di samping itu, faktor lainnya adalah dolar AS yang masih kuat karena data manufaktur dan perumahan AS lebih kuat dari perkiraan. Tercatat, pembangunan perumahan AS naik 1,5 juta dari perkiraan 1,38 juta, izin perumahan 1,456 juta dari ekspektasi 1,450 juta, produksi industri naik 0,7 persen dari prediksi 0,2 persen, dan manufaktur naik 0,9 persen dari dugaan 0,3 persen.

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta melemah sebesar 103 poin atau 0,63 persen menjadi Rp16.531 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.428 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp16.528 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.432 per dolar AS.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.