Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Inovasi dan Produktivitas RI Tertinggal di Antara ASEAN-6, Bagaimana Mengatasinya?

Foto : The Conversation/Shutterstock/Kzenon

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Inefisiensi perekonomian Indonesia setelah Krisis 1998 terlihat dari perbedaan kontribusi input modal dan tenaga kerja yang signifikan. Data APO menunjukkan bahwa, sebelum krisis, input modal terhadap pertumbuhan sebesar 50%. Ini lebih rendah dibandingkan input modal setelah krisis sebesar 61%.

Hal yang sama juga terjadi pada input tenaga kerja yang sebelum krisis sebesar 36%. Angka tersebut lebih rendah dibanding input tenaga kerja setelah krisis yang sekitar 41%.

Paul Krugman, ekonom kenamaan asal Amerika Serikat, menyebut kondisi ini di dalam bukunya sebagai perspiration economy atau ekonomi yang mengandalkan input "keringat" tenaga kerja dan modal fisik (physical capital), bukannya ekonomi inspirasi (inspiration economy) yang mengandalkan TFP atau inovasi sebagai sumber pertumbuhan.

Pertumbuhan produktivitas yang menurun adalah fenomena global. Namun, patut dicatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sepenuhnya mengandalkan tenaga kerja dan modal. Lain halnya dengan negara-negara maju dan negara-negara ASEAN-6 yang mengandalkan TFP selain dari dua input tersebut.

ASEAN-6 merujuk pada negara-negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, melingkupi Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top