Inilah Jenderal Legendaris Kopassus yang Pernah Bikin Geram Pasukan Belanda di Papua
Jenderal Benny Moerdani.
Foto: IstimewaJAKARTA -Mendiang Jenderal Benny Moerdani adalah salah satu jenderal "legendaris" dan "misterius" di negeri ini. Bahkan, ada yang menyebut, Jenderal Benny, sosok petinggi militer yang angker.
Sosoknya yang dingin, jarang tersenyum dan sorot mata tajam, menambah kemisteriusan jenderal yang pernah jadi tangan kanan Presiden soenarto, almarhum. Hampir sebagian besar karir militer Benny, dihabiskan di dunia intelijen. Mengawali karir di kesatuan khusus Baret Merah (Kopassus) Benny kemudian malang melintang di dunia intelijen, hingga jadi Pangima ABRI, sebelum akhirnya jadi Menteri Pertahanan.
Berbagai palagan pernah dirasakan, mulai dari perang merebut Papua (Irian) dari tangan Belanda, sampai menaklukan Timor Timur dari genggaman Fretilin. Nah, ada sepenggal kisah menarik, saat Benny dan pasukannya diterjunkan langsung ke daratan Papua yang saat itu bernama lrian Barat.
Dikutip dari buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap, seri Buku Tempo : Tokoh Militer, cetakan Kelima (2016), ada sepenggal kisah menarik tentang sepak terjangnya sang jenderal. Kisah tentang Jenderal Benny, saat memimpin operasi besar di Papua.
Ketika itu pasca Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda tak kunjung menyerah Irian Barat. Sikap Belanda itu, membuat Presiden Soekarno berang. Opsi perang pun dipilih, merebut tanah Irian dengan jalan militer.
Dan Benny menjadi salah satu aktor dalam operasi perang merebut Irian. Karena terlibat dalam operasi militer ke Irian pula, Benny mendapat medali Bintang Sakti. Dengan pesawat Hercules C-130, Benny yang ketika itu berpangkat kapten memimpin operasi.
Total ada 213 pasukan yang diterjunkan ke tanah Papua, ketika itu. Sabtu, 23 Juni 1962, pasukan diterjunkan ke Papua. Pasukan ini membawa misi operasi bersandi Pasukan Naga. Saat subuh, satu persatu pasukan terjun dari pesawat. Suasana saat itu benar-benar gelap. Banyak kemudian yang tak selamat. Ada yang menyangkut di pohon, atau dibunuh penduduk setempat.
Benny sendiri, akhirnya selamat. la berhasil mendarat. Setelah berjuang, Benny akhirnya bisa mengumpulkan 60 anggota pasukannya. Dan, ada kisah menarik dibalik operasi Pasukan Naga tersebut. Kisah menarik ini tentang Benny yang ditunjuk sebagal komandan operasi.
Saat itu, sebelum operasi digelar, Kepala Staf Operasi Tertinggi Mayor Jenderal Ahmad Yani, kelimpungan karena tidak ada satu pun perwira senior yang berani memimpin operasi. Karena tak ada pilihan, akhirnya Benny yang ketika itu masih berpangkat kapten, yang ditunjuk jadi pemimpin operasi.
Padahal kalau melihat pangkatnya, Benny belum pantas memimpin operasi yang melibatkan pasukan dalam jumlah besar. Benny pula yang merancang strategi operasi. Wilayah Merauke yang dipilih Benny sebagal target operasinya.
Dalam hutan Papua, setelah sukses mendarat, beberapa kali pasukan Benny terlibat kontak senjata dengan pasukarn marinir Belanda. Bahkan di sekitar Sungai Kumbai pasukan Benny sempat terilibat pertempuran sengit jarak dekat dengan pasukan mariner Belanda.
Benny nyaris tewas. Jaketnya terlepas. Topi rimbanya kena tembak. Benny berhasil lolos. Setelah teradi gencatan senjata, Benny akhirnya mengetahui nasib jaketnya. Rupanya, jaketnya yang terlepas itu, kemudian dibawa pasukan Belanda ke markas. Di markas marinir Belanda itulan, Benny melihat jaketnya ditempelkan di dinding, dan jadi objek lemparan pisau marinir Belanda, saking geramnya tak bisa menembak mati Benny.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Agus Supriyatna
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 2 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
- 3 Respons CEO OpenAI tentang Model AI Tiongkok DeepSeek-R1: 'Mengesankan'
- 4 Tanpa Pengenaan Tarif ke Barang Impor, Produk Lokal Bakal Semakin Terpuruk
- 5 Menunggu Hari Nasib Aplikasi Ini, Donald Trump Akan Putuskan Nasib TikTok dalam 30 Hari
Berita Terkini
- Ayo Rekatkan Kerukunan Umat Beragama, Imlek Jadi Momentum untuk Perkuat Toleransi
- AS Tinjau Keamanan DeepSeek
- Vihara Toasebio Kebanjiran, Tak Halangi Ibadat Imlek
- Kebijakan Trump Penuh Kejutan, RI Tunggu Komunikasi Resmi terkait Penghentian Pinjaman AS
- Cegah Trauma Berkepanjangan, Polda Gorontalo Lakukan Pemulihan Psikologis Korban Pencabulan