Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ini Teknologi Filter untuk Mengurangi Polusi PLTU Batubara

Foto : Istimewa

Emisi nol yang tepat akan membutuhkan penangkapan dan penyimpanan CO2 ( CCS). Ini adalah harapan besar untuk membuat industri pembangkit batubara benar-benar bersih, tetapi apakah itu praktis dan hemat biaya adalah masalah yang berbeda.

A   A   A   Pengaturan Font

LIVERPOOL - Tantangan utama yang dihadapi Pembangkit listrik tenaga uap batu bara atau PLTU batu bara saat ini adalah mengurangi emisi untuk memenuhi standar yang semakin ketat. Filter yang dirancang khusus akan membantu tetapi, seperti yang ditemukan pengamat teknologi dari Inggris, Mitch Beedie, pembuangan limbah masih menjadi masalah besar.

Dikutip dari Power Technology, tingkat SO2 (Sulfur dioksida) di pembangkit listrik tenaga batu bara saat ini dapat dikurangi dengan wFGD (wet flue gas desulfurisation) atau penyerapan pengering semprot misalnya, NOx (mono-nitrogen oksida) dengan reduksi katalitik selektif dan merkuri dengan pencucian batu bara.

Namun, ini tidak cukup dan gas buang perlu diproses lebih lanjut untuk pengurangan yang tepat. Mungkin teknik yang paling menjanjikan adalah ReACT (teknologi kokas aktif regeneratif) J-Power Entech. Dikombinasikan dengan metode lain, ini menyesuaikan dengan pembangkit berbahan bakar batu bara untuk memotong SO2 dan NOx menjadi hanya satu digit (parts per million) ppm, sebanding dengan pembangkit berbahan bakar gas alam.

ReACT menyaring polutan menggunakan kokas aktif sebagai adsorben kering yang dapat diregenerasi, dan dimasukkan ke hilir perangkat kontrol partikulat utama, biasanya ESP atau filter kain. Ia dapat menangkap lebih dari 98 persen SO2 dan SO3 yang tersisa , 30 persen hingga 60 persen NOx, 90 persen merkuri, dan 50 persen partikulat. Teknik ini menarik untuk utilitas yang membakar PRB (Powder River Basin) atau batubara belerang rendah lainnya. Dan, karena prosesnya hanya menggunakan 1 persen air dari wFGD konvensional, ini cocok untuk lokasi dengan pasokan, pengolahan, atau pembuangan air yang sulit.

Bahkan menghasilkan produk sampingan asam sulfat yang dapat dijual. Proses tersebut telah digunakan di beberapa lokasi di Jepang, dan didemonstrasikan di AS di pembangkit listrik North Valmy oleh Hamon Research-Cottrell sebagai bagian dari proyek EPRI (Electric Power Research Institute).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top