Industri Pangan Diminta Angkat Potensi Lokal
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Pemerintah mendorong industri pangan mengangkat potensi lokal demi mewujudkan kemandirian berbasis sumber daya dalam negeri. Ke depannya, pangan lokal sangat berguna membantu mengurangi kebergantungan terhadap impor.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berkomitmen menjadikan pangan lokal sebagai bagian dari Cadangan Pangan Pemerintah (CCP) maupun Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) selain beras. Hal itu sesuai dengan potensi masing-masing daerah.
Deputi bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto, mengatakan sagu menjadi salah satu jenis pangan lokal yang potensial diolah industri. Dengan sinergi antara stakeholder pangan, baik dari pemerintah, swasta, dan masyarakat, potensi lokal setiap daerah dapat dioptimalkan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
"Sudah saatnya pangan lokal diangkat dan dijadikan bagian integral dari ketahanan pangan nasional. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Pangan, sudah waktunya kita memanfaatkan sumber daya ini untuk mendukung kemandirian pangan nasional," ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dia menuturkan dari data selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia mengalami pergeseran pola konsumsi seragam sehingga berisiko jika terjadi kerentanan pangan. Untuk itu, kondisi tersebut perlu diantisipasi.
"Diversifikasi pangan sangat penting untuk mewujudkan kemandirian pangan berbasis sumber daya lokal. Sudah saatnya kita mengangkat pangan lokal seperti sagu yang memiliki potensi besar," ujarnya.
Dia mencontohkan PT Galih Sagu Pangan di Tangerang, Banten, memproduksi beras sagu sejak 2018. Orientasi dari Industri Kecil Menengah (IKM) ini menjadikan beras sagu sebagai alternatif ketahanan pangan lokal masyarakat, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Ada berbagai jenis produk yang dihasilkan dari olahan sagu seperti snack dan mi sagu, serta produk unggulannya yaitu beras sagu.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi sagu nasional pada 2022 mencapai 367.132 ton, dengan Riau sebagai provinsi penghasil terbesar dengan kontribusi sebesar 274.807 ton. Produksi sagu ini menunjukkan potensi besar alternatif pangan selain beras, dimulai dari mengembalikan kebiasaan konsumsi sagu sebagai makanan pokok, seperti di wilayah Papua, Maluku, atau wilayah timur lainnya.
Solusi Impor
Dari Yogyakarta, Peneliti Mubyarto Institute, Awan Susanto, menegaskan Indonesia kaya sumber pangan lokal. Sayangnya, selama ini kurang digarap maksimal, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Padahal, jika dioptimalkan bisa membantu pemerintah menekan impor pangan. "Kan di daerah banyak sumber pangan lokal, tinggal dikembangkan saja. Biar tidak bergantung ke impor terus. Impor hanya menguras devisa dan untungkan kelompok tertentu saja," tegas Awan.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan diversifikasi pangan menjadi langkah strategis untuk mengurangi kebergantungan terhadap satu jenis pangan, yakni beras. "Diversifikasi pangan tidak hanya penting untuk ketahanan pangan, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat. Pangan lokal, seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian memiliki nilai gizi tinggi dan bisa menjadi alternatif sehat," jelas Arief.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
Berita Terkini
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia
- Bangun Ekosistem Digital UMKM, Hibank dan Mitra Strategis Tandatangani MOU