Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perkembangan Kecerdasan Buatan

Industri Media Dunia Harus Terus Perkuat Penelitian AI

Foto : ISTIMEWA

Presiden Kantor Berita Xinhua, Fu Hua

A   A   A   Pengaturan Font

GUANGZHOU - Di era kemajuan teknologi yang pesat, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi faktor kunci yang mentransformasi industri media.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-5 Media Dunia atau World Media Summit (WMS) yang sedang berlangsung, para peserta berbagi wawasan dan perspektif mereka tentang AI.

Executive Chairman WMS sekaligus Presiden Kantor Berita Xinhua, Fu Hua, menyampaikan bahwa industri media harus merangkul inovasi dan perubahan teknologi, serta memperkuat penelitian dan pengembangan AI, komputasi awan, dan teknologi lainnya, sehingga teknologi dapat melayani perkembangan media dengan lebih baik lagi.

Seperti dikutip dari Antara, Direktur Hindu Publishing Group India Narasimhan Ram menilai mempelajari cara memanfaatkan AI akan membawa peluang bagi perkembangan media.

"AI membebaskan jurnalis dari tugas hafalan dan memungkinkan mereka untuk fokus pada jurnalisme yang berdampak lebih tinggi," demikian kata Wakil Presiden The Associated Press (AP), Chan Yim Kuen.

Senada dengan Chan, Kepala Pengembangan Produk dan Strategi Agensi Kantor Berita Reuters, Sue Brooks, mengungkapkan AI akan membuat jurnalisme lebih efisien serta membebaskan para jurnalis dari tugas-tugas penerjemahan dan transkripsi rutin. Sehingga, mereka dapat memanfaatkan lebih banyak waktu untuk menggali berita yang paling penting.

"Jika AI akan menjadi bagian besar dalam kehidupan kita, maka kita perlu memiliki kepercayaan bahwa algoritma dibuat untuk tujuan baik dan bukan sebaliknya," kata Brooks dalam pidato bertema "Kepercayaan" pada pembukaan KTT ke-5 Media Dunia, Sabtu (2/12).

Tingkatkan Efisiensi

Selain meningkatkan efisiensi dan efektivitas, AI telah memberikan manfaat transformatif mulai dari pengoptimalan segmentasi audiens hingga analisis mendalam.

Namun demikian, berbagai daya tarik kemajuan itu tidak datang tanpa masalah. Penyebaran berita palsu dan informasi yang tidak akurat, kekhawatiran terkait perlindungan kekayaan intelektual, serta pertimbangan etis dalam jurnalisme perlu disikapi dengan baik.

Thomson Reuters, penyedia berita dan alat berbasis informasi global, telah menginvestasikan lebih dari 100 juta dollar AS setiap tahun untuk AI generatif guna memanfaatkan teknologi tersebut secara lebih baik dalam meningkatkan layanan mereka.

Under Secretary General Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Komunikasi Global Melissa Fleming menggarisbawahi dalam pidato virtualnya bahwa AI dapat memperburuk masalah-masalah potensial, seperti disinformasi, konspirasi, dan kebencian yang merajalela di media sosial maupun ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga publik.

Presiden sekaligus Pemimpin Redaksi Kyodo News, Toru Mizutani, secara spesifik menyebutkan beberapa tantangan terkait AI generatif, seperti masalah hak cipta dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melawan penyebaran berita palsu.

Anggota Komite Eksekutif Agence France-Presse (AFP) sekaligus Direktur Regional AFP Asia-Pasifik, Michael Mainville, mengatakan bersama dengan grup-grup media lainnya, AFP telah mengembangkan Piagam Paris tentang AI dan Jurnalisme yang menetapkan 10 prinsip penggunaan AI di media.

Dalam pertemuan para pemimpin Kantor Berita Xinhua, Reuters, AP, dan AFP, di Beijing, Jumat (1/12), Mainville menekankan pembahasan prinsip-prinsip tentang cara menggunakan AI juga sangat penting.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top