Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Bilateral

Indonesia dan AS Bahas Kerja Sama Bioteknologi Pertanian

Foto : ANTARA/HO-KEMENKO PEREKONOMIAN

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) dan Under Secretary for Economic Growth US Department of States, Jose Fernandez bertemu di Kantor Kemenko Perekonomian di Jakarta, Senin (15/7).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) membuka peluang baru untuk kerja sama di bidang bioteknologi pertanian, seperti pada komoditas padi dan jagung. Kerja sama tersebut salah satunya telah dilakukan melalui riset pada bidang bioteknologi antara universitas di Indonesia seperti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan universitas di AS.

Hal itu menjadi pembahasan utama dalam pertemuan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dengan Under Secretary for Economic Growth US Department of States, Jose Fernandez, pada hari Senin (15/7) di Kantor Kemenko Perekonomian.

"Dalam kesempatan tersebut, Under Secretary Fernandez menyampaikan keinginan untuk kerja sama dalam bidang bioteknologi pertanian," kata Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (16/7).

Seperti dikutip dari Antara, Airlangga mengatakan pemerintah telah bekerja sama dengan sejumlah universitas untuk mengembangkan laboratorium pada beberapa komoditas, seperti beras, jagung, serta penggunaan bio-etanol untuk bahan bakar ramah lingkungan.

Selain itu, tambah Airlangga, pertemuan dua perwakilan tersebut juga membahas terkait optimalisasi pemanfaatan energi nonfosil sebagai pembangkit listrik.

Sesuai Negara Kepulauan

Menurutnya, mempertimbangkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar maka diperlukan kapasitas energi listrik yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2024 tentang Tim Nasional Persiapan dan Percepatan Keanggotaan Indonesia dalam Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) atau Tim Nasional OECD.

"Proses aksesi Indonesia diharapkan mampu mendukung reformasi struktural yang berkelanjutan di Indonesia, serta mendukung penyempurnaan kebijakan dan regulasi sesuai referensi yang unggul," tutur Airlangga.

Proses akses ini mendapatkan dukungan penuh dari Under Secretary Fernandez. Lebih lanjut, terkait pengembangan semikonduktor, pemerintah Indonesia membentuk Satuan Tugas Pengembangan Ekosistem Semikonduktor melalui Keputusan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Nomor 16 Tahun 2024.

Satuan tugas itu bekerja sama dengan OECD dan Departemen Luar Negeri AS untuk melakukan kajian atas ekosistem semikonduktor Indonesia. Dengan bergabungnya Indonesia dengan OECD, diharapkan juga akan membantu terkait pengembangan ekosistem semikonduktor itu.

"Indonesia diharapkan dapat berkontribusi dalam memperkuat rantai pasokan global semikonduktor melalui mekanisme International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund. Pemerintah juga menjalin kerja sama pengembangan SDM semikonduktor dengan Universitas Arizona," jelasnya.

Jelang akhir pertemuan, Indonesia mengapresiasi kepemimpinan AS dalam kerja sama Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF).

Sebagaimana diketahui, Indonesia berkomitmen untuk negosiasi seluruh pilar dalam IPEF, mendorong fleksibilitas dalam penyelesaian kesepakatan, serta menandatangani kesepakatan Pilar II, III, IV, dan Overarching Agreement.

Indonesia sedang dalam proses ratifikasi untuk berbagai kesepakatan tersebut. Terdapat beberapa Cooperative Work Program IPEF yang diinisiasi untuk peluang investasi dan kemitraan jangka panjang guna memanfaatkan potensi energi terbarukan di Indonesia.

Sebelumnya, sejumlah pakar menyebut bioteknologi berpotensi besar menjadi salah satu solusi atas permasalahan dunia pertanian di Indonesia. "Seiring dengan kemajuan zaman maka bioteknologi makin berkembang seperti pemetaan gen hingga kloning," kata pakar pertanian dari IPB University Bogor, Antonius Suwanto.

Untuk itu, lanjut dia, tinggal bagaimana menyosialisasikan inovasi baru kepada masyarakat agar adopsinya bisa terlaksana dengan baik, sehingga dengan biodiversitas Indonesia yang kaya maka Indonesia berpotensi memiliki varietas pertanian yang makin beragam.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top