Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kualitas SDM I Alokasi Anggaran ke "Riset and Development" Hanya 0,24% dari PDB

Indonesia Butuh SDM yang Mampu Ciptakan Inovasi Berbasis Teknologi

Foto : ISTIMEWA

Inovasi Berbasis Teknologi

A   A   A   Pengaturan Font

Sebab, SDM yang unggul menjadi kunci bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi di era globalisasi. "Di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks, peran SDM tidak lagi hanya sebatas keterampilan teknis atau hard skills, tetapi juga kemampuan kognitif, kreativitas, dan inovasi, yang merupakan inti dari brainware," katanya dalam sebuah diskusi di Yogyakarta, Senin (9/9). Mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, Indonesia memiliki angkatan kerja sebanyak 144 juta orang. Namun, kualitas SDM di Indonesia masih menghadapi berbagai masalah, seperti rendahnya akses terhadap pendidikan berkualitas dan rendahnya keterampilan literasi digital.

Indonesia berada di peringkat ke-67 dari 77 negara dalam survei kemampuan membaca PISA 2018 yang dilakukan oleh OECD. Hal itu mengindikasikan bahwa peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan kerja masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Aditya menekankan pentingnya brainware sebagai bagian dari reformasi SDM yang lebih luas. Brainware merujuk pada peningkatan kapasitas otak dan kecakapan kognitif yang tidak hanya mencakup kemampuan akademik, tetapi juga meliputi kemampuan berpikir kritis, problem-solving, kreativitas, dan penguasaan teknologi.

"Di tengah pesatnya perkembangan ekonomi digital, Indonesia membutuhkan SDM yang tidak hanya dapat menggunakan teknologi, tetapi juga menciptakan inovasi berbasis teknologi," kata Aditya. Pentingnya reformasi, menurut Aditya, juga terlihat dari rendahnya kontribusi SDM Indonesia dalam inovasi teknologi global.

Berdasarkan laporan Global Innovation Index 2022, Indonesia berada di peringkat 75 dari 132 negara. Menurut Aditya, satu penyebab utamanya adalah minimnya investasi pada pendidikan yang mendukung kreativitas dan riset. Hanya sekitar 0,24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang dialokasikan untuk penelitian dan pengembangan (R&D), jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura yang mengalokasikan 2,2 persen dari PDB untuk R&D.

Fokus pada brainware juga harus dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga pendidik. "Kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari kualitas para pendidik. Jika guruguru kita tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari segi ekonomi dan pelatihan, maka reformasi brainware akan sulit tercapai," katanya. Menurut data Kementerian Pendidikan, kebanyakan guru di Indonesia masih berada dalam kategori kesejahteraan yang minim, dan pelatihan kompetensi bagi tenaga pengajar juga masih kurang optimal.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top