Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Wabah I 148.989.922 Warga Telah Terima Vaksin Dosis Kedua

Indonesia Belum Lampaui Masa Kritis Covid-19

Foto : Sumber: Covid19.go.id
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pandemi Covid-19 di Indonesia belum melampaui situasi kritis di tengah ancaman sejumlah subvarian Omicron yang mengintai di dalam negeri. Omicron bukanlah varian terakhir di muka bumi dan setiap Varian of Concern (VoI) harus diwaspadai sebab terus bermutasi.

"Pesan pentingnya adalah setiap mutasi itu melahirkan satu bukti bahwa kita memberi peluang pada virus itu untuk berkembang. Indonesia belum melampaui masa kritis," kata epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (9/3).

Dicky mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengidentifikasi subvarian Omicron di antaranya BA.1, BA.2, BA.3, dan BA.11.

Menurut Dicky, Omicron berpeluang melahirkan subvarian sebab memiliki karakteristik yang mampu mengelabui vaksin serta dengan mudah bermutasi pada manusia yang belum memiliki imunitas tinggi.

"Kelebihan dari Omicron ini adalah dia bisa menginfeksi orang yang belum divaksinasi dan sudah divaksinasi," katanya.

Sehingga tanpa kombinasi yang kuat antara vaksinasi, 3T, dan 5M serta PPKM, kata Dicky, bisa membuat varian Omicron terus bermutasi di Indonesia.

Perlu Diwaspadai

Menurut Dicky, dari subvarian Omicron yang terdeteksi, subvarian BA.2 adalah yang perlu diwaspadai karena memiliki kemampuan 27 kali lebih berpeluang menghindar dari vaksin bila dibandingkan subvarian lain. "BA.2, kemampuan menularnya 30 persen lebih kuat dibandingkan BA.1," katanya.

Selain itu, subvarian BA.2 memiliki kemampuan empat kali lipat menular lebih cepat dibandingkan varian Delta dan bila dibandingkan yang varian original asal Wuhan mencapai 20 kali lipat lebih menginfeksi.

"Selain itu, BA.2 juga punya kelebihan dalam memiliki jumlah viral load dibandingkan BA.1. Jumlah virusnya lebih banyak daripada BA.1 itu bisa 10 kali lebih banyak," katanya.

Dicky mengatakan varian BA.3 hingga saat ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena kemampuan menginfeksi lebih rendah dari BA.1 dan BA.2.

Secara terpisah Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, melaporkan subvarian Omicron di Indonesia masih didominasi BA.1 yang berjumlah sekitar 5.300 kasus. "Hingga Selasa (8/3), terdapat 478 mutasi Omicron di Indonesia jenis BA.2, BA.1 sebanyak 5.300 kasus, dan B.11 sebanyak 1.883 kasus," katanya.

Nadia mengatakan hingga saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) belum mendeteksi subvarian Omicron BA.3 di Indonesia.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan jumlah warga yang menerima vaksinasi dosis kedua mencapai 148,98 juta jiwa hingga Rabu pukul 12.00 WIB. Data Satgas Covid-19 yang diterima di Jakarta Rabu, menyebutkan jumlah warga yang telah mendapat dua dosis vaksin Covid-19 bertambah 402.204 menjadi 148.989.922 orang.

Sementara itu, jumlah penerima vaksin dosis pertama yang tercatat hari ini sebanyak 148.944 jiwa. Dengan tambahan tersebut maka jumlah penerima vaksinasi dosis pertama kini menjadi 192.412.648 jiwa. Adapun total vaksinasi untuk dosis ketiga hari ini bertambah 316.533 jiwa menjadi 13.163.845 orang.

Pemerintah berencana memvaksinasi sebanyak 208.265.720 juta orang. Dengan demikian, tercatat suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 sudah diberikan pada 92,38 persen dari total 208.265.720 warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19. Sementara warga yang sudah selesai menjalani vaksinasi meliputi 71,53 persen dari total sasaran.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, meminta pemerintah daerah meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat agar pasokan vaksin yang sudah ada dapat dimaksimalkan dan tidak terbuang sia-sia.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top