Impor Catat Penurunan Terdalam Dua Tahun Terakhir
Foto: Sumber: BPS – Litbang KJ/and - KORAN JAKARTA/ONESJAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia per Desember 2022 mencapai 19,94 miliar dollar AS atau turun 6,61 persen dibandingkan Desember 2021. Penurunan tersebut menurut Kepala BPS, Margo Yuwono, adalah yang paling signifikan selama dua tahun terakhir.
"Ini merupakan penurunan terdalam dua tahun terakhir, bisa dilihat impor kita turun 6,61 persen," kata Margo dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (16/1).
Impor migas, jelas Margo, tercatat 3,20 miliar dollar AS, naik 14,15 persen dibandingkan November 2022 atau turun 5,23 persen dibandingkan Desember 2021. Sementara itu, impor nonmigas pada Desember 2022 senilai 16,74 miliar dollar AS atau naik 3,60 persen dibandingkan November 2022. Namun, angka itu turun 6,87 persen dibandingkan dengan Desember 2021.
Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar Desember 2022 dibandingkan November 2022 adalah serealia senilai 178,8 juta dollar AS atau 66,03 persen. Sementara itu, penurunan terbesar adalah plastik dan barang dari plastik senilai 124,3 juta dollar atau 14,46 persen.
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga Desember 2022 adalah Tiongkok senilai 67,16 miliar dollar AS atau 34,07 persen, Jepang senilai 17,08 miliar dollar AS atau 8,66 persen, dan Thailand senilai 10,85 miliar dollar AS atau 5,50 persen.
Adapun impor nonmigas dari Asean senilai 32,85 miliar dollar AS atau 16,67 persen dan Uni Eropa senilai 11,63 miliar dollar AS atau 5,90 persen.
Secara umum, neraca perdagangan Indonesia per Desember 2022 mengalami surplus 3,89 miliar dollar AS terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar 5,61 miliar dollar AS, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai 1,72 miliar dollar AS.
Pelambatan Industri
Peneliti Ekonomi Center of Reform on Economics (Core), Yusuf Rendi Manilet, mengatakan beberapa hal yang menyebabkan penurunan impor terutama pada awal Desember terjadi cukup dalam karena pertama masalah teknis basis penghitungan pada 2021 yang relatif besar sehingga ketika dibandingkan dengan 2022 pertumbuhan impor mengalami kontraksi 6,61 persen.
Selain itu, penurunan tajam impor juga tidak terlepas dari turunnya impor bahan baku penolong yang menggambarkan perlambatan beberapa sektor industri di dalam negeri.
"Seperti yang kita tahu di penghujung Tahun 2022 beberapa sektor industri seperti tekstil dan produk tekstil, kinerjanya tidak begitu bagus sehingga mereka melakukan penyesuaian permintaan bahan baku," kata Rendi.
Hal itu yang menyebabkan impor bahan baku penolong mengalami kontraksi hingga 7 persen. Jika dilihat impor bahan baku penolong merupakan komponen impor paling besar ketiga yang dirilis BPS. Kontraksi pada impor bahan baku pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja impor secara keseluruhan.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Daftar Nama Jemaah Haji Khusus Akan Transparan
- 2 Perlu Dihemat, Anggaran Makan ASN Terlalu Besar Rp700 Miliar
- 3 Kota-kota di Asia Tenggara Termasuk yang Paling Tercemar di Dunia
- 4 Pertamina Tegaskan Komitmen Terhadap Transisi Energi Berkelanjutan di Forum Ekonomi Dunia 2025
- 5 Mantan Host Fox News Pete Hegseth Terpilih Jadi Menteri Pertahanan AS
Berita Terkini
- Jadi Pemain Terbaik, Megawati Bawa Red Sparks Raih 13 Kemenangan Beruntun
- Korban Mutilasi Cantik dan Seksi, Polisi Periksa Hotel di Kediri
- Kalau Ini Terjadi Ganda Putra Makin Keteteran, Fajar/Rian sebut Man/Tee Akan Berkembang di Tangan Herry IP
- Indonesia Dapat Saingan Makin Berat, Herry IP Akan Melatih Tim Ganda Putra Malaysia Selama Empat Tahun
- Ini Penyebab Kekalahan Fajar/Rian, Permainan Agresif Man/Tee Sulit Dibendung