Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemulihan Ekonomi

IMF dan Bank Dunia Desak G7 Beri Kelebihan Vaksin ke Negara Miskin

Foto : NICHOLAS KAMM/AFP

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva (kiri), dan Presiden Bank Dunia, David Malpass

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Dua lembaga multilateral, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) dan Bank Dunia mendesak negara-negara anggota negara G7 segera melepas kelebihan vaksin ke negara-negara miskin dan berkembang.

Desakan untuk mengirim surplus vaksin tersebut untuk mendorong pemulihan ekonomi global berjalan secara seimbang atau paralel.

Negara-negara yang masuk dalam negara G7, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Italia, dan Jepang.

Pernyataan bersama Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dan Presiden Bank Dunia, David Malpass, juga meminta pemerintah, perusahaan farmasi, dan kelompok yang terlibat dalam pengadaan vaksin untuk meningkatkan transparansi kontrak, pembiayaan, dan pengiriman vaksin.

"Pandemi virus korona tidak akan berakhir sampai semua orang memiliki akses ke vaksin, termasuk di negara berkembang," kata Georgieva dan Malpass dalam keterangannya yang dikutip dari Reuters, akhir pekan lalu.

Mereka menyambut baik rencana AS untuk mendistribusikan 25 juta dari 80 juta dosis vaksin pertama yang dijanjikan untuk dibagikan secara global pada akhir bulan ini. "Ini awal yang baik dan saya berharap lebih banyak dosis akan disediakan, terutama untuk negara dengan program penyebaran (deployment)," kata Malpass.

Walau setengah dari populasi AS sudah divaksin, namun kecepatan vaksinasi tidak merata di negara berkembang lainnya. Wakil Presiden untuk Pembangunan Manusia Bank Dunia, Mamta Murthi, menyebut masih banyak negara berkembang yang realisasinya baru satu digit.

Murthi menyatakan Bank Dunia telah menerbitkan dana 2,4 miliar dollar AS untuk membantu 25 negara berkembang membeli vaksin. Ia mendesak bank multilateral lainnya untuk melakukan hal yang sama.

"Tidak ada yang benar-benar tahu berapa banyak kapasitas di luar sana, berapa banyak yang didedikasikan untuk siapa, berapa sisa yang bisa dipesan, dan kapan pengiriman dijadwalkan," jelas Murthi.

Dia menekankan pentingnya memastikan bahwa negara-negara yang menerima dosis memiliki tempat penyimpanan, jangan seperti Malawi yang membuang sebagian dosis karena vaksin yang dikirim sudah mendekati tanggal kedaluwarsa karena tidak dapat mengirimkan dosis tepat waktu.

Resesi Makin Dalam

Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Wasiaturrahma, mengatakan seruan IMF dan Bank Dunia layak didengarkan G7, karena pemulihan ekonomi tidak berjalan cepat apabila banyak negara-negara berkembang dan miskin belum maksimal mendapatkan vaksin.

"Pandemi Covid-19 ini tidak jelas kapan berakhirnya, sementara dunia harus segera bangkit untuk menghindari resesi ekonomi semakin dalam. Ini tidak berbicara hanya satu atau dua negara, tapi dunia. Karena bila ketidaksetaraan vaksin antara negara kaya dan miskin belum bisa segera diatasi maka ini akan memperpanjang pandemi yang telah menewaskan lebih dari 3,5 juta orang.

Selain G7, dia juga mengimbau Tiongkok yang sudah memproduksi vaksin juga membantu negara-negara miskin dan sedang berkembang.

n SB/ers/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top