Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Ilmuwan Kaitkan Kondisi Brain Fog Covid-19 dengan Alzheimer 

Foto : Freepik/DC Studio

Iluatrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Tim peneliti lain dari Fakultas Kedokteran Universitas Harvard dan Johns Hopkins, seperti dikutip dari The Washington Post telah menyoroti bagaimana Covid-19 dan sindrom kelelahan kronis kemungkinan mengakibatkan peradangan yang menyebabkan gangguan kognitif. Pemeriksaan jaringan otopsi otak oleh Andrew Marks, seorang profesor Universitas Columbia, terhadap 10 pasien yang meninggal karena Covid-19 juga menemukan perubahan molekuler yang menunjukkan tanda khas Alzheimer.

Marks melakukan otopsi otak 10 orang, berusia 38 hingga 80 tahun, yang meninggal karena covid-19 pada gelombang pertama pandemi. Dia mengaku terkejut ketika menemukan sesuatu yang dikenal sebagai protein tau atau "tau terfosforilasi" dalam kadar tinggi yang biasanya terlihat pada pasien Alzheimer.

Dalam penelitian Paparan Organofosfat Kronik Sebagai Faktor Risiko Gangguan Kognitif Berdasarkan Kadar Phosphorylated Tau Serum dijelaskan terdeteksinya protein tau menandakan adanya kematian sel neuronal atau disfungsi seluler. Gangguan fungsi kognitif khususnya penyakit Alzheimer telah diteliti dan ditemukan tau terfosforilasi banyak terakumulasi di area hipokampus, korteks entorhinal, amygdala, dan nukleus raphe dorsal

Namun pada sisi lain, Marks menemukan pola yang berbeda pada pasien Covid-19 dan Alzheimer dalam hal lain. Pada pasien Covid, temuan yang tidak biasa kebanyakan ada di otak kecil, yang membantu mengontrol keseimbangan dan pergerakan.

Pada pasien Alzheimer, tau terfosforilasi lebih mungkin terlihat sejak dini di area yang melibatkan fungsi otak tingkat tinggi, seperti persepsi sensorik, penalaran spasial, dan bahasa. Menulis di Journal of Alzheimer's Association, Marks dan rekannya menekankan perlunya studi lanjutan untuk menentukan apakah yang mereka amati unik untuk infeksi SARS-CoV-2 atau umum untuk semua infeksi virus lainnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top