Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sindrom Stockholm

Ikatan Emosional yang Tumbuh dalam Situasi Traumatis

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Para sandera juga mengetahui bahwa, agar dapat bertahan hidup, mereka harus terbiasa dengan reaksi para penculiknya dan mengembangkan sifat-sifat psikologis yang menyenangkan orang-orang itu, seperti ketergantungan dan kepatuhan.

Menurut buletin penegakan hukum FBI edisi 2007, para ahli berspekulasi bahwa intensitas insiden traumatis bersama dengan kurangnya pelecehan fisik terhadap korban, meskipun ketakutan para korban akan kejadian itu, yang menciptakan iklim yang kondusif untuk sindrom Stockholm. Para negosiator sandera dapat mendorong perkembangan sindrom ini, karena mereka percaya para korban mungkin memiliki peluang yang lebih baik untuk bertahan hidup jika para penyandera mengembangkan perhatian terhadap kesejahteraan sandera mereka.

"Sindrom Stockholm adalah kondisi langka, dan itu mungkin menjelaskan mengapa penelitian di sekitarnya sangat jarang. Laporan FBI pada 1999 menemukan bahwa 92 persen dari korban sandera tidak pernah menunjukkan tanda-tanda sindrom Stockholm. Dengan begitu sedikit kasus, juga tidak jelas bagaimana sindrom Stockholm mempengaruhi kesehatan mental seseorang bertahun-tahun setelah kejadian traumatis," kata Norton. pur/R-1

Perhatikan Tiga Hal

Sindrom Stockholm merupakan suatu gangguan kejiwaan yang biasanya mengenai orang-orang yang pernah diculik. Para penderita sindrom Stockholm biasanya akan merasa sayang bahkan membela penculiknya. Keadaan ini biasanya terjadi akibat suatu situasi traumatis, misalnya saat disandera atau diculik. Gejala sindrom Stockholm ini biasanya tidak akan berakhir walaupun masa krisis, misalnya penyanderaan atau penculikannya telah berakhir.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top