Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hasil Mesin 3D Mudahkan Mereka yang Sulit Makan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kemajuan teknologi pencetakan 3D telah diaplikasikan pada proses memasak dan telah menghasilkan produk komersial. Alat cetak ini bukan hanya menawarkan daya tarik visual, namun juga menjaga kandungan nutrisi, memudahkan saat dimakan, dan beberapa manfaat lain.
Dengan teknologi 3D, brokoli yang tidak menarik bagi balita bisa dicetak 3D menjadi bentuk yang disukai. Rebusan daging sapi bisa dicetak dan membuatnya lembut untuk ditelan oleh orang lanjut usia (lansia). Kentang misalnya, bisa diubah menjadi bentuk yang mudah ditelan bagi penderita kanker mulut yang tidak bisa mengunyah.
Lansia dan mereka yang tidak sehat mendapat manfaat paling besar dari revolusi pangan ini yang dihasilken mesin cetak makanan 3D. Para ahli mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk menganalisis kebutuhan makanan dan gizi lansia, karena proporsi usia 65 tahun ke atas secara global akan tumbuh 25 persen menjadi 40 persen pada 2030.
"Kesulitan menelan dan mengunyah, bersama dengan hilangnya nafsu makan dan perubahan persepsi rasa dan bau, merupakan faktor penting dalam prevalensi malnutrisi pada orang tua," kata Berta Alvarez, Direktur Penelitian dan Pengembangan di Biozoon, sebuah perusahaan Jerman yang memproduksi bahan makanan cetak 3D seperti dikutip South China Morning Post.
Ia mengatakan orang tua sering memiliki masalah dengan gigi mereka, menolak makan, makan dalam porsi yang sangat kecil, dan lebih memilih makanan yang mudah dimakan daripada makanan yang memiliki nutrisi.
Dengan mesin cetak 3D makanan menjadi mudah ditelan, jumlah gula, garam, dengan lemaknya juga bisa dikontrol. "Idenya adalah hidangan seperti daging babi dengan kentang dapat dicetak dalam skala besar, langsung di atas piring dengan printer 3D di panti jompo," kata Alvarez.
Pusat Inovasi dan Sumber Daya Makanan Singapura menyediakan keahlian teknis bagi perusahaan makanan dalam mengembangkan produk dan proses baru. Pusat ini diluncurkan pada tahun 2007 oleh Singapore Polytechnic and Enterprise Singapore, sebuah lembaga pemerintah yang memperjuangkan pengembangan bisnis.
Evelyn Ong, Manajer Proyek Senior lembaga tersebut mengatakan, membuat menu yang disesuaikan untuk setiap orang dengan kesulitan makan bukanlah hal yang mudah, itulah sebabnya timnya bekerja pada cara yang lebih umum untuk memecahkan masalah tersebut. "Pencetakan makanan 3D adalah teknologi yang kami teliti dengan tujuan mengatasi masalah penyesuaian nutrisi sesuai kebutuhan individu," katanya.
Anrich3D, perusahaan rintisan Singapura, sedang mengerjakan proyek yang memperhitungkan preferensi nutrisi individu, di mana pengguna dapat memasukkan kebutuhan dan preferensi bahan spesifik mereka melalui aplikasi. Idenya adalah untuk menyediakan makanan bagi orang-orang yang ingin berhati-hati tentang apa yang mereka makan, serta menghasilkan makanan sehat yang disukai anak-anak.
Anirudh Agarwal, pendiri Anrich3D, mengatakan beberapa makanan, seperti sayuran berdaun, biji-bijian dan buah, bisa jadi tidak menarik bagi anak-anak. Mereka dapat dibujuk untuk makan makanan ini, dia percaya, jika makanan itu datang dalam bentuk karakter favorit mereka atau digunakan sebagai bagian dari permainan.
"Dengan bentuk yang cukup, kita dapat membuat permainan naratif di mana anak-anak membuka bentuk baru yang lebih diinginkan jika mereka mendapatkan poin yang cukup dengan menyelesaikan (makanan mereka)," katanya.
Nutrisi yang dipersonalisasi menggunakan mesin cetak 3D juga dapat disesuaikan dengan riwayat medis dan kebutuhan diet seseorang. Hal ini karena makanan cetak 3D bermula dari pasta, dengan keuntungan lain lebih efisien tanpe perlu banyak membuang bahan. hay


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top