Hama Baru Serang Tanaman Jagung
Foto: istimewaJAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat menangani serangan hama jenis baru yang menyerang tanaman jagung bernama spodoptera frugiperda atau Fall Armyworm (FAW) di Indonesia. Kementan juga masif melakukan sosialisasi terkait cara mengetahui dan menangani hama FAW melalui Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani.
Hama baru ini dikenal dengan sebutan ulat grayak (spodoptera frugiperda J.E. Smith) atau Fall Armyworm yang merupakan serangga ngengat asli daerah tropis. Serangga tersebut sebelumnya hanya ditemukan pada pertanaman jagung di Amerika Serikat (AS), Argentina, dan Afrika.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman diupayakan pengendalian dengan memperhatikan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
"Prinsipnya, kendalikan hama ini dengan pestisida hayati, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Apa yang ada dapat dimanfaatkan sebagai pengendali, seperti agensia hayati, ramuan herbal atau campuran bahan alami. Cari bahan sekitar agar bisa hemat biaya. Penggunaan pestisida kimiawi adalah cara terakhir jika tidak ada solusi ," kata Suwandi, di Jakarta, Selasa (7/6).
Harapannya, lanjut dia, dengan adanya paparan informasi mengenai pencegahan dan pengendalian hama FAW ini menjadi pembelajaran dan bisa dipraktikkan oleh petani jagung dan yang lainnya.
Akademisi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM), Suputa, menyampaikan hingga saat ini dilaporkan sebanyak 76 famili tumbuhan yang terdiri dari 353 spesies telah menjadi inang spodoptera frugiperda. Inang utamanya adalah Poaceae, Asteraceae, dan Fabaceae.
"Pencegahannya, jangan menanam jagung di luar musim dan hindari penanaman jagung yang terlambat. Bila terpaksa atau keadaan memaksa maka taburkan tanah atau debu atau pasir halus atau abu kayu atau abu gosok atau belau pada bagian tengah tanaman muda," jelasnya.
Suputa menekankan perlu dilakukan pemantauan mingguan sejak benih mulai tumbuh dan lakukan tindakan segera/ aksi cepat begitu menemui FAW. Lakukan pengamatan terhadap larva pada bagian tengah tanaman bagian dalam dan lakukan pengamatan gejala serangan.
"Serangan sering kali pada daun bagian tengah tanaman, kadang juga pada tongkol. Untuk pengendalian semprotkan insektisida pada bagian tengah tanaman pada pagi buta atau sore menjelang malam hari, malam hari lebih bagus," jelasnya dalam webinar BTS Propaktani bertajuk Pengelolaan Hama Spodoptera Frugiperda Tanaman Jagung, awal pekan ini.
Sistem Terpadu
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Ahli Muda Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Willing Bagariang, menjelaskan hama spodoptera frugiperda dapat terbang sejauh 100 kilometer (km) per malam.
Serangga ini memiliki kemampuan bertelur tinggi dan bersifar polifag. Hewan ngengat ini juga dapat hidup pada wilayah tropis/ subtropis. Jika sudah masuk, tidak dapat dieradikasi.
"Pengendalian spodoptera frugiperda tidak disarankan hanya mengandalkan pengendalian secara kimia, tetapi perlu menerapkan sistem Pengelolaan Hama Terpadu. Lakukan pergiliran insektisida untuk mengurangi terjadinya resistensi hama terhadap insektisida dan memperhatikan tingkat efektivitas dan faktor risiko insektisida. Lakukan pengamatan rutin untuk memantau gejala serangan awal S. frugiperda sehingga pengambilan keputusan pengendalian tepat waktu," jelas Willing.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kepala Otorita IKN Pastikan Anggaran untuk IKN Tidak Dipangkas, tapi Akan Lapor Menkeu
- 2 Presiden Prabowo Pastikan Pembangunan IKN Akan Terus Berlanjut hingga 2029
- 3 Masyarakat Bisa Sedikit Lega, Wamentan Jamin Stok daging untuk Ramadan dan Lebaran aman
- 4 SPMB Harus Lebih Fleksibel daripada PPDB
- 5 Danantara Jadi Katalis Perekonomian Nasional, Asalkan...
Berita Terkini
- Guna Mendukung Swasembada Pangan, Pemkot Probolinggo Kembangkan Padi Organik
- Diduga Terlibat Pemerasan, AKBP Bintoro Dipecat dari Polri
- Mudik Bakal Lebih Hemat, Kementerian PU Gratiskan 132,77 Km Tol saat Lebaran 2025
- Disnakkan Situbondo Lakukan Pengobatan Gratis Hewan Ternak Terdampak Banjir
- Optimisme Tinggi, Bapanas Yakin Swasembada Pangan pada 2027 Dapat Terwujud