![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Hajriyanto Y Thohari
Foto: ISTIMEWASementara itu, hubungan diplomatik kedua negara telah dirintis sejak dekade tahun 1950-an dengan mengakreditasikan Duta Besar Rl di Kairo untuk merangkap Lebanon. Pada pertengahan dekade 1950-an, pemerintah Indonesia memutuskan untuk membuka perwakilannya di Beirut meskipun masih berstatus Kuasa Usaha, sedangkan Duta Besarnya tetap dirangkap dari Kairo.
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya ketika pecah perang saudara di Lebanon (1975-1990), Perwakilan Rl di Beirut pada tahun 1976 ditutup dengan alasan keamanan, tapi dirangkap oleh KBRI Damaskus. Lebanon membuka perwakilannya di Jakarta pada tahun 1995 dengan menempatkan seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.
Sementara itu, Indonesia membuka kembali perwakilannya di Beirut pada tahun 1996 dan menempatkan seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Beirut. Untuk lebih mempererat hubungan bilateral tersebut, khususnya bidang ekonomi dan perdagangan, pada tahun 1997 Indonesia mengangkat seorang Konsul Kehormatan Rl di Tripoli, kota kedua terbesar di Lebanon utara.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Hajriyanto Y Thohari dan 15 orang lain menjadi Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk negara sahabat, di Istana Negara, Jakarta, Senin (7/1). Pelantikan Hajriyanto berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1/P Tahun 2019 tentang pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia yang ditetapkan di Jakarta, tanggal 7 Januari 2019.
Sebelum dilantik menjadi Dubes Lebanon, pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, tahun 1960, ini pernah menduduki beberapa jabatan strategis. Salah satunya Wakil Ketua MPR periode 2009-2015 dari Partai Golkar. Hajriyanto juga menduduki posisi strategis yakni Ketua PP Muhammadiyah.
Untuk mengetahui apa saja yang akan dilakukan setelah dilantik Presiden Jokowi sebagai kepanjangan tangan Indonesia di Lebanon, wartawan Koran Jakarta, Muhammad Umar Fadloli berkesempatan mewawancarai Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari, usai pelantikan, di Istana Negara, Jakarta, beberapa waktu lalu. Berikut petikan selengkapnya.
Apa langkah pertama Anda setelah dilantik menjadi Duta Besar RI untuk Lebanon?
Tugas pertama yang ditugaskan pemerintah kepada saya adalah mengokohkan dan memantapkan keterlibatan Indonesia secara aktif mewujudkan ketertiban dunia. Saya rasa langkah pertama memantapkan keterlibatan Indonesia dalam ketertiban dunia, yang itu merupakan tujuan nasional kita yang keempat sekaligus seperempat atau dua puluh lima persen dari tujuan nasional dibentuknya negara Indonesia.
Maksudnya seperti apa?
Ya, mengokohkan keterlibatan langsung dalam mewujudkan ketertiban dunia dalam perdamaian. Kalau di tempat-tempat yang lain keterlibatan Indonesia itu tidak langsung. Tapi, di Lebanon ini betul-betul keterlibatan langsung dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dengan menjaga perdamaian di sana.
Hubungan Indonesia dan Lebanon sendiri seperti apa?
Hubungan Lebanon dan Indonesia sangat bagus. Bahkan di mata pemerintah dan masyarakat Lebanon, Indonesia merupakan negara nomor satu dalam melindungi perdamaian di Lebanon. Hal itu terjadi karena kita memiliki pasukan terbesar. Karena itu, rakyat Lebanon memiliki kesan tersendiri.
Anda melihat hal sangat positif untuk hubungan dua negara tersebut?
Saya rasa nama Indonesia sangat harum, rakyat Lebanon sangat terkesan, sangat kagum dengan keterlibatan Indonesia dalam pasukan penjaga perdamaian. Apalagi pasukan Indonesia dikenal sangat hangat dan akrab dengan masyarakat Lebanon. Bahkan pada tahun ini, sebagian penjaga perdamaian yang dikirim ke sana adalah perempuan.
Bagaimana tanggapan Anda terkait pengiriman pasukan perdamaian dari Indonesia ini?
Jadi, ada unsur-unsur tenaga kemanusiaan dari militer, lembaga kesehatan. Oleh karena sudah pada tahap yang bukan hanya soal menjaga perdamian dalam artian menghalangi konflik senjata, tetapi sudah masuk pada tingkat pengembangan masyarakat. Dengan begitu, Indonesia semata-mata tidak hanya menjaga keamanan, tapi juga meningkatkan kesehatan masyarakat di daerah konflik di Lebanon.
Anda sudah memantau kondisi yang ada di Lebanon sebelum nantinya bertugas di sana?
Terakhir, kondisi di Lebanon cukup kondusif ya. Sebetulnya kan suasana tidak aman itu ketika terjadi konflik bersenjata antara Lebanon dan Israel, yaitu pasukan Israel 1986 itu menyerbu ke wilayah Lebanon maka terjadilah konflik senjata yang cukup serius. Setelah itu terjadi genjatan senjata antara kedua negara, kemudian di bawah bendera PBB dibentuklah pasukan keamanan.
Intinya, Anda melihat sudah kondusif?
Dengan dijaga keamanan itu, situasi keamanan di Lebanon sudah cukup kondusif. Dan sebenarnya tahun ini berakhir pasukan penjaga perdamaian di bawah bendera PBB itu, tetapi karena satu dan lain hal itu diperpanjang. Indonesia memiliki peran yang sangat besar dan signifikan.
Ada berapa banyak pasukan Indonesia yang dikirim?
Pasukan Indonesia terbesar dari negara-negara yang tergabung United Nations Interim Force In Lebanon. Negara lain hanya 300-400 bahkan cuma 150. Indonesia mengirimkan pasukan penjaga perdamaian dalam kerangka Satuan Tugas Tentara Nasional Indonesia (Satgas TNI) Kontingen Garuda (Konga) United Nations Interim Force In Lebanon itu sebanyak 1.200 orang yang bertugas setiap tahun lalu dilakukan rotasi setiap tahun.
Bagaimana posisi Anda di Muhammadiyah usai dilantik jadi Dubes?
Saya nonaktif di Muhammadiyah karena tinggal satu tahun juga akan dilakukan Muktamar.
Posisi di Partai Golkar dan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf bagaimana?
Iya, nonaktif juga di Dewan Pimpinan Partai Golkar dan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf dengan dilantiknya pada hari ini otomatis kami berada pada posisi sebagai aparat penyelenggara negara. Dengan posisi ini ada aturan-aturan tersendiri. Saya mengikuti aturan-aturan yang sudah disepakati bersama sebagai bagian dari rule of the game pelaksanaan pemilu yang Luber Jurdil.
Sudah dikomunikasikan kepada semua pihak, Muhammadiyah, Golkar, dan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf?
Sudah, kami sudah bicara dengan semua pihak. Mereka memberikan dukungan. Karena salah satu doktrin yaitu membantu negara. Saya didefinisikan membantu negara pemerintah pusat.
Anda di Golkar dan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, apa tidak ada omongan bagi-bagi jabatan setelah dilantik jadi Dubes?
Saya sebetulnya melihat itu tidak ada kaitannya sama sekali. Sebenarnya saya beberapa kali diminta meskipun belum secara langsung. Tapi, saya menyatakan belum ingin mengambil posisi apa pun, ya karena saya ingin berjuang membantu pemerintah ini melalui parpol saya. Apalagi partai politik saya, Partai Golkar, berada dalam barisan koalisi pendukung pemerintah.
Agar sukses dalam menjalankan pemerintahan ini baru setelah sukses dalam menjalankan pemerintahan ini, kami berjuang memenangkan pada termin ke dua. Ini jauh dari bagi-bagi dan sebetulnya itu sudah cukup lama sebelum ada musim-musim timses, saya sudah diminta untuk itu, tetapi baru sungguh-sungguh dan mendesak pada awal November.
Anda diberi tahu untuk dilantik kapan?
Pada November 2018, oleh Menlu Retno Marsudi. Saya ditugaskan sebagai duta besar diberi waktu tiga hari untuk berpikir atas penugasan tersebut. Siap atau belum, saya bilang siap.
Ada pesan khusus dari Presiden Jokowi?
Pesan khusus, ya memantapkan kehadiran Indonesia di forum internasional. Yang pertama di Lebanon. Karena sebagai mana dikatakan di depan, keterlibatan Indonesia dalam menjaga perdamaian di Timur Tengah, khusus di Lebanon itu langsung dan terlibat secara fisik. Tidak hanya terlibat melalui pernyataan dan statemen-statemen, tapi betul-betul menjaga perdamian langsung.
Kedua, Timur Tengah adalah negara Arab paling liberal, tapi juga sekaligus paling ada kemiripan di Indonesia. Lebanon itu sangat plural, bahkan aliran suatu sistem politik sangat baik.
Apa yang bisa dipetik dari dari hubungan kedua negara ke depan?
Saya rasa Indonesia bisa saling belajar dengan Lebanon, mengajarkan kepada Lebanon. Indonesia lebih maju beberapa langkah penyelesaian pluralisme, multikulturalisme, dan kebinekaan. Indonesia tidak mengenal minoritas dan mayoritas.
Semua warga negara memiliki kedudukan yang sama, latar belakang suku, agama, dan etnis. Jadi, di Lebanon, hal seperti itu belum bisa diimplementasikan. Indonesia juga bisa belajar banyak dari Lebanon dan harus berhati-hati betul serta bersungguh-sungguh dalam mengelola kemajemukan dan kebinekaan rakyat kita.
N-3
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Masih Jadi Misteri Besar, Kementerian Kebudayaan Dorong Riset Situs Gunung Padang di Cianjur
- 2 Cap Go Meh representasi nilai kebudayaan yang beragam di Bengkayang
- 3 Program KPBU dan Investasi Terus Berjalan Bangun Kota Nusantara
- 4 Kemenperin Minta Aparat Beri Kepastian Hukum Investasi di Indonesia
- 5 Inflasi Rendah Belum Tentu Hasilkan Pertumbuhan Berkualitas