Rabu, 05 Feb 2025, 11:49 WIB

Guru Besar Unair Usul MBG Berdayakan Kantin Sekolah

Guru Besar Administrasi Publik Universitas Airlangga (Unair), Antun Mardiyanta.

Foto: Istimewa

JAKARTA - Guru Besar Administrasi Publik Universitas Airlangga (Unair), Antun Mardiyanta, mengusulkan agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) memberdayakan kantin sekolah. Menurutnya, keberadaan program menimbulkan keluhan kantin-kantin sekolah yang merasa rugi akibat kebijakan tersebut.

“Tingkat partisipasi siswa dalam program MBG mengalami peningkatan yang signifikan. Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga berdampak pada keberadaan kantin-kantin sekolah,” ujar Antun, dalam keterangan resminya, Senin (3/2).

Dia menjelaskan, salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan mengukutsertakan dan memberdayakan pengelola kantin sebagai mitra penyedia program ini. Menurutnya, transparansi dan akuntabilitas proses rekrutmen mitra akan menjadi pembelajaran yg sehat untuk semua.

Antun melanjutkan, pengawasan implementasi kebijakan ini harus berbasis risiko agar mampu menjamin semua hasil dapat tercapai. Hal tersebut juga penting untuk mencegah berbagai resiko, salah satunya keracunan. 

“Pemerintah bisa mendayagunakan seluruh aparat pengawasan yg relevan untuk menjamin program strategis ini efektif. Partisipasi masyarakat dan media juga sangat penting,” katanya.

Dia mengungkapkan, kebijakan MBG merupakan langkah berani yang pemerintah ambil untuk mengatasi masalah gizi buruk di Indonesia. Menurutnya, keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada kebijakan yang baik, tetapi juga pelaksanaan yang efektif dan partisipasi aktif dari berbagai pihak.

“Jika implementasinya terkelola dengan baik, akan memberi kesempatan kepada berbagai mitra lokal, mendayagunakan sumber-sumber lokal, dengan pendampingan dan pengawasan yang efektif akan memiliki dampak luar biasa,” terangnya.

Antun menilai, keragaman kondisi geografis, sosial, dan ekonomi di Indonesia menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis. Satu pendekatan yang sama untuk seluruh wilayah dinilai kurang efektif untuk keberhasilan program ini.

“Strategi implementasinya tidak bisa seragam untuk seluruh wilayah Indonesia. Kondisi wilayah RI sangat beragam,” jelasnya.

Dia menyarankan, strategi implementasi MBG hendaknya adaptif terhadap kondisi-kondisi lokal yang berbeda-beda. Walaupun standar gizi dan teknis lainnya tetap harus dipastikan terjaga dan terkontrol dengan baik.

“Setelah desain implementasi kebijakan dirancang seksama, dengan memperhatikan keragaman kondisi, secara periodik disempurnakan secara inkremental setelah ada evaluasi,” ucapnya.

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan: