Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gizi Buruk Asmat

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Seperti biasa kalau sudah terjadi, semua gelagapan, grubyak-grubyuk. Semua seolah tiba-tiba sibuk mulai dari kementerian-kementerian, TNI, Polri, dan lembaga-lembaga lain. Kalau kerja bareng ini dilakukan sebelum peristiwa luar biasa di mana begitu banyak bocah meninggal, tidak terjadi.

Toh, akhirnya juga biaya dikeluarkan untuk operasi pemberian gizi dan pengobatan. Tetapi semua sudah menjadi bubur. Operasi dengan biaya besar-besaran ini percuma. Mereka yang meninggal tidak bisa lagi diselamatkan. Mengapa uang sebanyak yang untuk operasi sekarang, tidak digunakan untuk mengatasi gizi buruk dan kegagalan campak, katakanlah awal Januari tahun lalu. Andai hal itu dilakukan, tidak akan terjadi trageni kemanusiaan ini.

Jangan sampai warga Asmat merasa menjadi warga kelas dua. Gizi dan obat diberikan baru setelah banyak anak meninggal kelaparan dan kurus kering. Mulai sekarang pemerintah harus mencari daerah-daerah yang mengalami kurang lebih kasus kurang gizi dan pengobatan minim seperti di Asmat. Hal ini untuk mengantisipasi agar kasus serupa di Asmat tidak terulang.

Pemerintah sudah menanggung iuran 25,4 triliun bagi peserta Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan warga miskin sebanyak 92,3 juta jiwa. Harusnya dengan dana sebesar itu, semakin minim lagi kabar orang miskin susah berobat.

Namun memang dalam praktik banyak pemegang Kartu Indonesia Sehat diperlakukan diskriminasi dan kesulitan mendapat kamar rawat inap di rumah sakit.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top