Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Diskriminasi Warga

“Gender Shaming" Hambat Pekerja Perempuan

Foto : istimewa

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tindakan gender shaming harus diberantas karena menghambat pekerja perempuan. Gender shaming sendiri merupakan stereotip dan seksisme yang menjadi akar diskriminasi berbasis gender terhadap perempuan. Demikian disampaikan Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, dalam webinar, di Jakarta, Rabu (19/1).

"Perilaku demikian menyebabkan perempuan seringkali diremehkan di tempat kerja," ujarnya. Dia menyebut, perempuan kerap dianggap sebagai penghambat dan memiliki produktivitas lebih rendah. Menurut Ida, masih banyak hambatan dihadapi perempuan untuk mampu berdaya di dunia kerja mulai dari beban ganda, kekerasan, hingga pelecehan di tempat kerja.

"Hal ini kontraproduktif dengan tujuan untuk terus meningkatkan pemberdayaan perempuan di dunia kerja agar bisa memberi dampak positif pada perekonomian dari level individu, keluarga, hingga negara," katanya. Lebib jauh, Ida memaparkan, berdasarkan data ketenagakerjaan, dari sekitar 140 juta angkatan kerja, 40 persennya perempuan.

Penyebabnya, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan jauh di bawah laki-laki yang mencapai 82,27 persen. Selain hanya menunjukkan peningkatan kecil dalam beberapa tahun terakhir, angka TPAK perempuan juga masih di bawah beberapa negara terdekat seperti Vietnam dan Thailand.

Menaker menerangkan, data ketimpangan perempuan juga sudah terlihat dalam aspek pendidikan yang menjadi modal dasar untuk berdaya di dunia kerja. Persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah), lebih besar dibanding laki-laki.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top