
Gempuran Tren Belanja Online Kian Masif, Pedagang Parsel Cikini Tetap Bertahan
Seorang pedagang parsel duduk di tengah deretan parsel Idul Fitri di kiosnya di Pasar Kembang Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).
Foto: ANTARA/Yamsyina HawnanJAKARTA - E-commerce menjadi momok bagi pedagang, terutama pedagang kecil dan tradisional, karena berbagai alasan, seperti: persaingan harga yang tidak seimbang; perubahan perilaku konsumen; dominasi platform besar; persaingan dengan produk impor; perubahan pola distribusi; teknologi dan adaptasi; dan regulasi yang belum seimbang.
Akibatnya, banyak pedagang tradisional harus menutup usaha mereka atau beradaptasi dengan masuk ke dunia digital agar tetap bertahan.
Namun, tidak bagi oara pedagang parsel atau bingkisan di Pasar Kembang Cikini, Jakarta Pusat. Mereka mengaku tidak gentar bersaing dengan bisnis parsel yang kini marak merambah dunia maya atau online (daring).
Ketua Persatuan Pedagang Parsel di Pasar Kembang Cikini, Adi Kuswara mengaku tidak khawatir karena mayoritas parsel yang dijual daring didapat juga dari pusat parsel Cikini.
“Rata-rata yang (jualan) online itu belinya di mari. Jadi pesan ke sini, nanti mereka jual lagi. Jadi di kita ada 'give and take'-nya, sama-sama untung," katanya di Jakarta, Selasa (18/3).
Adi menambahkan, para penjual parsel di pasar ini juga mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi dengan membuka toko online, meskipun tetap mempertahankan transaksi langsung di toko.
Ia menyebutkan bahwa para penjual harus "melek" terhadap perubahan teknologi agar bisnis mereka bisa terus berlanjut.
Adi mengatakan kondisi pasar parsel Cikini pada momentum Lebaran 2025 memang terlihat lebih sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, permintaan parsel tetap ada, terutama untuk perusahaan dan individu yang ingin memberikan bingkisan kepada karyawan atau kerabat.
Dua minggu menjelang Idul Fitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025, di sejumlah kios, tampak para penjual mulai sibuk menyiapkan pesanan para pembeli.
"Tahun lalu lebih ramai. Biasanya menyesuaikan faktor THR (Tunjangan Hari Raya) dan waktu Lebaran yang agak mundur," kata Adi.
Pemilik kios "Adi Parcel" itu melayani pembuatan parsel dengan harga bervariasi, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp1,5 juta, tergantung jenis dan isi parsel. Adapun isi parsel pun bermacam-macam, meski umumnya berupa makanan dan barang pecah-belah.
Ada pula permintaan untuk parsel yang berisi barang-barang antik, yang biasanya dibawa oleh pembeli sendiri untuk kemudian disusun menjadi satu paket.
"Di sini banyak juga yang mencari keranjang kosongan. Nanti mereka yang bawa barang sendiri, kita yang susun," kata Adi.
Kios "Adam Parcel" juga menawarkan berbagai pilihan parsel, mulai dari keranjang kosong hingga hiasan beragam bentuk dan warna.
"Untuk harga, mulai dari Rp200 ribu hingga Rp2,5 juta, tergantung isi dan ukuran parsel," ujar Upik (40), penjaga kios tersebut.
Upik menjelaskan, parsel yang berisi keramik biasanya dibanderol mulai Rp250 ribu hingga lebih dari Rp1 juta.
Tidak hanya parsel yang sudah jadi. Mereka juga menawarkan atribut parsel seperti hiasan, ornamen, pita dan keranjang.
"Di sini banyak juga yang beli hiasan parsel satuan gitu. Harganya beragam, mulai dari Rp6.000 sampai Rp15.000 per bungkus," tambah Upik.
Kawasan Pasar Kembang Cikini yang terkenal jadi pusat penjualan parsel untuk Lebaran dan Natal juga jadi salah satu tempat andalan Sanah (33) untuk berburu perlengkapan parsel.
Sanah mengaku lebih memilih membeli hiasan dan plastik pembungkus parcel di Cikini karena harga yang lebih terjangkau dan kemudahan mencari barang.
"Saya tiap tahun belinya di sini, karena lebih murah dan nggak perlu pusing cari tempat lain," katanya.
Berita Trending
- 1 Polresta Pontianak siapkan 7 posko pengamanan Idul Fitri
- 2 Pemko Pekanbaru Tetap Pantau Kebutuhan Warga Terdampak Banjir
- 3 Produktivitas RI 10 Persen di Bawah Rata-Rata Negara ASEAN
- 4 RPP Keamanan Pangan Digodok, Bapanas Siap Dukung Prosesnya
- 5 BEI Catat Ada 25 Perusahaan Beraset Besar Antre IPO di Pasar Modal, Apa Saja?