Gejala Covid-19 BF.7, Subvarian Omicron Paling Pintar Bobol Antibodi
Ilustrasi.
Foto: REUTERS/Edgar SuIlmuwan kembali temukan subvarian baru Covid-19, sejak infeksi pertama kali menyebar tiga tahun yang lalu. Subvarian yang dikenal sebagai BF.7 baru-baru ini diidentifikasi sebagai varian utama yang menyebar di Beijing, Tiongkok dan berkontribusi terhadap lonjakan infeksi di negara itu.
Menulis di The Conversation, tenaga pengajar biologi molekuler Universitas Westminster, Manal Mohammed menjelaskan BF.7 atau merupakan turunan dari varian omicron BA.5.
Subvarian ini disebut Mohammed memiliki kemampuan infeksi terkuat apabila dibandingkan dengan subvarian omicron lain yang menyebar di Tiongkok.
BF.7 juga dilaporkan lebih cepat menular daripada varian lain, dan berkemampuan untuk menginfeksi mereka yang pernah mengalami infeksi Covid-19 sebelumnya atau telah divaksinasi sekalipun.
Hal ini terjadi karena protein hasil mutasi BF.7 yang disebut sebagai R346T, memiliki kemampuan untuk menghindari antibodi penetral virus.
Mutasi yang juga terlihat pada varian induk BA.5 itu telah dikaitkan dengan peningkatan kapasitas virus untuk melepaskan diri dari antibodi penawar yang dihasilkan oleh vaksin atau infeksi sebelumnya.
Sebagai perbandingan, satu orang yang terinfeksi BF.7 berpotensi untuk menularkan virus ke rata-rata 10 hingga 18 orang lainnya. Potensi ini sekitar dua sampai tiga kali lebih besar dari potensi infeksi subvarian omicron lainnya, dengan rata-rata 5 orang.
Tingkat penularan BF.7 yang tinggi disebut Mohammed terjadi karena penyebarannya yang tanpa gejala.
Pemerintah Tiongkok bahkan dilaporkan kesulitan yang dalam mengendalikan infeksi subvarian ini.
Gejala infeksi BF.7 umumnya serupa dengan subvarian omicron lainnya, terutama gejala pernapasan bagian atas.
Mohammed menuturkan mereka yang terinfeksi BF.7 mungkin mengalami demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek dan kelelahan, di antara gejala lainnya. Sebagian kecil orang juga mengeluhkan mengalami gejala gastrointestinal seperti muntah dan diare.
Meski begitu, BF.7 dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius pada orang dengan sistem kekebalan yang lebih lemah.
Sejauh ini, BF.7 telah terdeteksi di beberapa negara lain di seluruh dunia termasuk India, AS, Inggris, dan beberapa negara Eropa seperti Belgia, Jerman, Prancis, dan Denmark.
Terlepas dari karakteristik dan lonjakan kasus di Tiongkok, subvarian BF.7 nampaknya tetap stabil di tempat lain.
Di AS, tingkat infeksi BF.7 diperkirakan mencapai 5,7 persen dari total kasus infeksi hingga 10 Desember, turun dari 6,6 persen pada minggu sebelumnya.
Sementara Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengidentifikasi BF.7 hanya menyumbang lebih dari 7 persen kasus infeksi, termasuk tingkat pertumbuhan yang rendah di Inggris.
Mohammed mengatakan pihaknya masih tidak tahu persis mengapa situasinya kian berbeda di Tiongkok.
Ia menduga tingkat infeksi BF.7 yang tinggi mungkin sebagian disebabkan oleh tingkat kekebalan yang rendah pada populasi Tiongkok dari infeksi sebelumnya, dan kemungkinan vaksinasi juga.
Redaktur: Fandi
Penulis: Suliana
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Wanita 50 Tahun Berikan Kisah Inspiratif untuk Berwirausaha
- 2 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 3 Kenakan Tarif Impor untuk Menutup Defisit Anggaran
- 4 Penyakit Kulit Kambuh Terus? Mungkin Delapan Makanan Ini Penyebabnya
- 5 Klasemen Liga Jerman: Bayern Muenchen Masih di Puncak
Berita Terkini
- Aktor Korea Park Min-jae Meninggal Dunia Karena Serangan Jantung
- Trump Ancam Hamas Agar Bebaskan Sandera Sebelum Pelantikannya
- Pasca OTT, KPK Segel Ruang Kerja Pj Wali Kota Pekanbaru
- Bank Mandiri Gelar Kongsi-Kongsi 2024, Ada Susi Pudjiastuti di Sesi Inspirasi Bisnis
- KPU Depok Umumkan Supian-Chandra Menang Pilkada 2024