Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Geger! Perang Belum Usai, Ukraina Tunggu Pengungsi dari Runtuhan Pabrik di Kota Ini yang Hancur Akibat Aksi Mengerikan Rusia

Foto : istimewa

Pabrik baja di Mariupol

A   A   A   Pengaturan Font

Ukraina berharap sekelompok pengungsi dari reruntuhan pabrik baja besar di kota Mariupol yang diduduki Rusia akan mencapai kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina pada Selasa malam.

Wali kota Mariupol Vadym Boichenko mengatakan lebih dari 200 warga sipil masih berada di pabrik baja Azovstal tempat para pejuang terakhir yang mempertahankan kota itu bersembunyi. Sementara, menurutnya sekitar 100.000 warga sipil tetap berada di kota pelabuhan di Laut Azov itu.

"Kelompok (pengungsi) itu bergerak menuju Zaporizhzhia. Evakuasi berlanjut," kata Boichenko di televisi nasional, seperti diberitakan Reuters, dikutip dar Antara, Rabu (5/4).

"Kami membatasi informasi dan berharap pengungsi dari Azovstal akan mencapai Ukraina," tambahnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Palang Merah Internasional memulai operasi yang dikoordinasikan dengan Ukraina dan Rusia pada 29 April untuk membawa keluar perempuan, anak-anak dan orang tua dari pabrik baja itu.

Kompleks industri yang luas itu menjadi tempat perlindungan bagi warga sipil dan pejuang Ukraina saat Moskow mengepung Mariupol, seraya menghancurkan kota itu dalam beberapa minggu pengeboman.

Sebagai informasi, Rusia mulai melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu. Meski beberapa perundingan perdamaian telah digelar, kedua negara belum menemukan titik terang untuk menuju jalan tersebut.

Sebelumnya, Penasihat Presiden Volodymyr Zelensky, yakni Mykhailo Podolyak menyatakan Ukraina berhak untuk menyerang fasilitas militer Rusia. Ini mengingat Negara Beruang Merah telah menyerang Ukraina terlebih dahulu.

"Rusia telah menyerang dan membunuh warga sipil. Ukraina bakal membela diri dengan berbagai cara, termasuk menyerang gudang dan pangkalan pembunuh (Rusia). Dunia mengakui hak ini," kata Podolyak melalui akun Twitternya, dikutip Jumat (29/4).


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top