Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gaya Hidup Santai Sebabkan Gagal Jantung

Foto : ISTIMEWA

santai

A   A   A   Pengaturan Font

"Risiko gagal jantung meningkat pada kondisi hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes, riwayat keluarga dengan kardiomiopati, paparan toksin, penyakit jantung katup, gangguan fungsi tiroid, rokok, sindrom metabolic," terang Siti.

Berdasarkan data registrasi gagal jantung yang didapat Pokja, kontribusi terbanyak sebagai penyebab gagal jantung di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes. Sementara itu, faktor risiko tambahan seperti obesitas, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal, gaya hidup santai (sedentary), dan obstructive sleep apnea atau gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur.

Di Indonesia, berdasarkan pedoman tatalaksana gagal jantung yang dikeluarkan oleh PERKI 2020, terdapat tiga pilar utama pengobatan gagal jantung, sebagai lini pertama pengobatan gagal jantung kronik selama tidak ditemukan adanya kontraindikasi. Ketiganya adalah renin angiotensin aldosteron (RAS) blocker, Betablocker, dan mineral receptor antagonist (MRA).

Pada 2021, Pokja mengeluarkan tulisan ilmiah mengenai obat Sodium Glucose Co-Transporter-2 Inhibitors (SGLT2-I) yang direkomendasikan sebagai tambahan terapi pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVKi) kurang lebih 40 persen yang telah menerima terapi standar gagal jantung untuk menurunkan angka kematian dan risiko rawat inap berulang akibat perburukan gagal jantung.

"Tujuan dari pengobatan pada pasien gagal jantung adalah untuk menurunkan angka kematian, menurunkan angka rawat inap berulang di rumah sakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien," ujar Siti.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top