Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ganjil-Genap Asian Games

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kondisi lalu lintas di Jakarta sudah tak terkendali. Kemacetan terus saja terjadi dan keadaannya semakin parah. Maka, panitia Asian Games mulai panas dingin melihat situasi lalu lintas Jakarta. Mereka tak mau atlet-atlet terlambat ke venue hanya karena terhalang kemacetan. Maka, segala cara dilakukan untuk memperlancar arus perjalanan atlet, di antaranya pemerintah membangun LRT di kawasan Kelapa Gading agar atlet cepat tiba di venue dan kembali ke penampungan dengan lancar.

Namun, bagaimana untuk pertandingan-pertandingan di kawasan lain? Pemerintah tak mungkin membangun LRT seluruhnya. Maka, terpaksa diadakan rekayasa lalu lintas. Pemprov DKI Jakarta selaku tuan rumah bersama Polda Metro dan Mabes Polri terus mencari siasat memperlancar perjalanan para atlet dengan terus memperluas kawasan ganjl genap. Maksudnya, kendaraan bernomor akhir genap hanya boleh melintas pada tanggal genap. Demikian juga, kendaraan bernomor akhir ganjil hanya boleh lewat pada tanggal ganjil.

Selain memperluas kawasan pelaksanaan ganjil-genap, DKI dan Polri juga menerapkan ganjil-genap sepanjang pekan dari Senin sampai Minggu. Bahkan diberlakukan dari pukul 06.00-21.00 tanpa jeda. Berhubung semakin luasnya kawasan ganjil-genap, akankah ini efektif mengurangi kemacetan? Semoga saja begitu sehingga selaku tuan rumah Asian Games, Indonesia tidak menjadi bulan-bulanan media asing karena jalanan macet sehingga banyak atlet terlambat ke venue. Ini masalah nama bangsa. Semua harus mendukung.

Namun, di sisi lain, kasus Asian Games ini semestinya juga menjadi sarana mengevaluasi pembangunan lalu lintas di Jakarta. Lalu lintas di Ibu Kota Negara ini rasanya dibangun hanya untuk jangka pendek, tidak bervisi jauh 25 tahunan ke depan. Dulu banyak angkutan massal semacam kereta pendek (trem) di era Belanda. Namun semua musnah ditelan zaman diganti bus.

Andai saja dulu diperpabanyak trem, mungkin situasinya berbeda. Belanda juga telah menyiapkan lalu lintas air, namun sungai-sungai di DKI dipenuhi sampah, kotor, bau, sehingga beberapa kali diuji coba untuk menghidupkan moda air, hanya berjalan beberapa pekan. Sekarang sama sekali mati.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top