Fungsinya Menurun Seiring Bertambahnya Usia
Foto: Punit PARANJPE / AFPTimus adalah organ limfoid yang terbuat dari dua lobus yang terletak di belakang tulang dada, di antara paru-paru. Terutama terdiri dari sel-sel epitel, limfosit, dan sel dendritik, timus terdiri dari dua bagian – medula dan korteks. Sel-sel epitel, yang dikenal sebagai sel epitel timus (thymic epithelial cells/TEC). “Selanjutnya TEC diklasifikasikan menjadi cTEC (TEC kortikal) dan mTEC (TEC medula). Organogenesis timus diatur oleh Tecs yang sangat kuat yang diproduksi selama perkembangan janin awal,” menurut laman News Medical Live Science.
Selama ini timus adalah organ penting dari sistem imun dan membantu tubuh melawan beberapa benda asing, termasuk patogen dan antigen. Selain itu keberadaannya membantu menghasilkan sel-T, yang terlibat dalam melawan infeksi. Sel-T diproduksi melalui beberapa tahap diferensiasi dan proliferasi.
Fungsi timus yang krusial memastikan bahwa sel-T dapat mengidentifikasi antigen dengan adanya self-MHC (kompleks histokompatibilitas mayor) tetapi tidak memicu reaktivitas diri. Limfosit T naif yang dihasilkan menempati banyak organ limfoid sekunder, seperti limpa dan banyak kelenjar getah bening.
“Kerusakan timus menyebabkan gangguan signifikan pada sistem kekebalan tubuh, dan hiperaktivitas timus menyebabkan penyakit autoimun dan proliferatif yang parah. Timus adalah organ sensitif yang bereaksi negatif terhadap stres, alkohol, dan obat-obatan, yang dapat menyebabkan hipertrofi,” tulis laman tersebut.
Miastenia gravis adalah kondisi autoimun yang sering kali muncul bersamaan dengan pembesaran timus. Kondisi autoimun lainnya, termasuk hipertiroidisme atau lupus eritematosus sistemik, juga dapat menyebabkan hiperplasia timus. Penyakit bawaan, termasuk sindrom Di George dan defisiensi imun gabungan berat (SCID), juga dapat menyebabkan atrofi timus. Penyebab neoplastik potensial lainnya dari hiperplasia timus termasuk limfoma dan timoma.
Timolipoma adalah tumor lunak dan tidak umum yang dapat menyerang semua kelompok usia. Tumor ini lunak dengan komposisi lemak. Pada saat diagnosis, 50 persen hingga 65 persen pasien mengalami metastasis, yang membuatnya lebih agresif daripada timoma. Sebagian besar tumor timus mengandung berbagai jumlah limfosit dan sel epitel timus yang tampak tidak ganas.
Timoma, yang biasanya asimtomatik, ditemukan sebagai temuan yang tidak disengaja pada radiografi dada. Timoma dikaitkan dengan beberapa kondisi autoimun, termasuk neuromuskular (miastenia gravis), endokrin (penyakit grave), hematologi (agranulositosis), gastrointestinal, dan gangguan kulit.
Fungsi timus residual atau regenerasi timus mungkin dapat memulihkan pertahanan pasien. Timus terkadang dapat ditransplantasikan untuk membangun toleransi atau membangun kekebalan. Metode ini menjanjikan untuk memodulasi toleransi sel T dan memastikan pemulihan sistem kekebalan setelah terapi imunosupresif. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Pemerintah Konsisten Bangun Nusantara, Peluang Investasi di IKN Terus Dipromosikan
- 2 Kejati Selidiki Korupsi Operasional Gubernur
- 3 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 4 Pertamina Siapkan Akses Titik Pangkalan Resmi Pembelian LPG 3 Kg Terdekat
- 5 OIKN: APBN Rp48,8 Triliun Beri Keyakinan Investor
Berita Terkini
- Kuliner Nusantara Mendunia, Restoran Indonesia Kini Ada di Oslo, Norwergia
- Isu Tarif Trump Lemahkan Rupiah
- Berapa Juta Wisman Rata-rata Habiskan Uang Selama di Indonesia pada 2024?
- Masalah Mesin, Pesawat United Airlines 1382 Berhasil Selamatkan Diri
- Menteri Bahlil Minta Masyarakat Bersabar Antre LPG 3 Kg: Mohon Kasih Waktu Sedikit Saja