Filipina Tangkap Perakit Bom yang Terlibat Penculikan WNI
Kalmi Ammad Mustala
Foto: RFA/Zamboanga City Police DepartmentZAMBOANGA - Seorang tersangka ahli perakit bom Abu Sayyaf yang terkait dengan teror ledakan bom mematikan di sebuah gereja di Filipina selatan pada Januari 2019 dan penculikan nelayan warga negara Indonesia (WNI), telah ditangkap oleh pihak polisi Filipina di sebuah desa dekat Kota Zamboanga pada Selasa (23/11).
"Tersangka yang diidentifikasi sebagai Kalmi Ammad Mustala, 42 tahun, ditangkap pada penggerebekan pagi hari di daerah tepi pantai dekat Desa Recodo," kata direktur polisi kota Kolonel Rexmel Reyes.
"Kalmi Mustala yang selama ini buron, sekarang berada di balik jeruji besi ketika Kepolisian Nasional Filipina Kantor Polisi Kota Zamboanga meningkatkan rangkaian operasi Oplan Manhunt Charlie di seluruh kota," ucap Reyes.
Reyes mengatakan bahwa operasi penggerebekan dilakukan terhadap Mustala setelah pihaknya menerima surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh pengadilan Sulu tertanggal 19 Juni 2021, untuk kasus kepemilikan bahan peledak secara ilegal.
Serangan Bom Jolo
Dalam penjelasannya, Reyes mengatakan bahwa Mustala adalah anggota aktif kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di Kepulauan Sulu selatan, yang diyakini sebagai pakar perakit bom yang terlibat dalam insiden bom kembar di Katedral Jolo 27 Januari 2019 lalu, yang menewaskan 21 orang.
Polisi mengatakan pemboman itu didalangi oleh pemimpin Abu Sayyaf Hatib Hajan Sawadjaan, yang menggantikan Isnilon Hapilon sebagai komandan Filipina dari kelompok ekstremis yang dikenal sebagai ISIS.
Hapilon termasuk di antara ratusan gerilyawan yang tewas pada 2017 ketika dia dan yang lainnya memimpin pengepungan selama lima bulan di kota selatan Marawi.
Sementara itu pihak berwenang di Filipina mengatakan mereka yakin Sawadjaan tewas dalam bentrokan Juli 2020 dengan militer di Jolo meskipun tubuhnya belum ditemukan. Keponakannya, Mundi Sawadjaan, kemudian membalas kematian pamannya dengan melancarkan serangan bom kembar pada Agustus 2020 yang menewaskan 14 orang di Jolo.
Dalam keterangannya, Reyes menuding bahwa Mustala juga terlibat dalam penculikan yang menargetkan orang asing, termasuk warga negara Swiss bernama Lorenzo Vinciguerra dan warga Belanda bernama Ewold Horn yang diculik di Tawi-Tawi sekitar Februari 2012 saat mereka mengamati burung liar.
Vinciguerra melarikan diri setelah dia melawan para penculiknya selama operasi militer pada 2014, tetapi para penculik menembak mati Horn ketika mencoba melarikan diri pada Mei 2019.
"Selain itu, Mustala dikaitkan dengan aksi penculikan yang menargetkan awak kapal nelayan Indonesia," kata polisi. RFA/I-1
Berita Trending
- 1 Pemerintah Konsisten Bangun Nusantara, Peluang Investasi di IKN Terus Dipromosikan
- 2 Kejati Selidiki Korupsi Operasional Gubernur
- 3 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 4 Pertamina Siapkan Akses Titik Pangkalan Resmi Pembelian LPG 3 Kg Terdekat
- 5 OIKN: APBN Rp48,8 Triliun Beri Keyakinan Investor
Berita Terkini
- Korea Utara Geram Disebut Negara Jahat oleh Menlu AS Marco Rubio
- Kemenhub - Kemenpar Mantangkan Persiapan Angkutan Lebaran 2025
- Tutup Trilogi 'After Hours', The Weeknd Rilis Album 'Hurry Up Tomorrow'
- Dua Manchester “Kompak” Tumbang
- Menko Kumham Imipas Minta Polri Terapkan Keadilan Restoratif dalam Selesaikan Kasus