Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Filipina dan Pemberontak Sepakat Lanjutkan Perundingan Damai

Foto : AFP/ROMEO GACAD

Pemberontak Komunis I Anggota pasukan komunis dari kelompok New People’s Army (NPA) berbaris di sebuah hutan di Bislig, Filipina selatan, beberapa waktu lalu. Pada Selasa (28/11), Filipina dan pemberontak komunis mengatakan sepakat untuk melanjutkan perundingan perdamaian.

A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah Filipina dan kelompok pemberontak komunis pada Selasa (28/11) mengatakan bahwa mereka sepakat untuk melanjutkan perundingan perdamaian untuk mengakhiri pemberontakan yang telah berlangsung puluhan tahun.

MANILA - Pemerintah Filipina dan kelompok pemberontak komunis pada Selasa (28/11) mengatakan bahwa mereka sepakat untuk melanjutkan perundingan perdamaian untuk mengakhiri pemberontakan yang telah berlangsung puluhan tahun.

"Para pihak menyetujui penyelesaian konflik bersenjata secara prinsip dan damai," demikian pernyataan bersama yang dikeluarkan kedua belah pihak yang ditandatangani di ibu kota Norwegia, Oslo, pada 23 November lalu. "Para pihak mengakui keluhan sosio-ekonomi dan politik yang mengakar dan setuju untuk membuat kerangka kerja yang menetapkan prioritas untuk negosiasi perdamaian," imbuh pernyataan tersebut.

Perjuangan bersenjata yang sedang berlangsung, yang dilancarkan pada tahun 1969, tumbuh dari gerakan komunis global yang menemukan lahan subur dalam kesenjangan yang mencolok di Filipina. Pada puncaknya pada era '80-an, kelompok ini memiliki sekitar 26.000 pejuang, namun menurut militer jumlah tersebut kini telah menyusut.

Sejak tahun 1986, pemerintahan Filipina berturut-turut telah mengadakan pembicaraan damai dengan komunis melalui cabang politik mereka yang berbasis di Belanda, NDF.

Terpilihnya mantan Presiden Rodrigo Duterte pada 2016 yang menyatakan diri sebagai seorang sosialis, sempat membawa lonjakan optimisme bagi perundingan perdamaian. Namun perundingan tersebut kemudian berubah menjadi ancaman dan tudingan, serta Duterte secara resmi menghentikan perundingan tersebut pada 2017, lalu menyatakan kelompok tersebut sebagai organisasi teroris dan menuduh mereka membunuh polisi dan tentara saat perundingan sedang berlangsung. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top