FAO: Peternakan Menghasilkan 12% Gas Rumah Kaca Manusia
Antara/Xinhua/Michael Tewelde
Foto: istimewaROMA - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau Food And Agriculture Organization (FAO), pada Jumat (8/12), mengatakan, peternakan bertanggung jawab atas 12 persen emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia dan dampaknya akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi daging.
Dikutip dari Barron, untuk mengurangi emisi, badan yang berbasis di Roma itu dalam sebuah laporan menyerukan peningkatan produktivitas seluruh rantai produksi, penyesuaian pakan ternak, dan peningkatan kesehatan hewan.
Laporan tersebut juga menyarankan upaya untuk mengurangi konsumsi daging di negara-negara kaya, namun dikatakan bahwa dampaknya akan terbatas.
Sapi bertanggung jawab atas 62 persen emisi yang terkait dengan peternakan, diikuti oleh babi sebesar 14 persen, unggas sembilan persen, kerbau delapan persen, dan domba dan kambing tujuh persen.
Jika dilihat dari produk akhir, produksi daging menyumbang 67 persen, mengungguli susu sebesar 30 persen dan telur sebesar tiga persen.
Emisi langsung dari peternakan, yang berasal dari perut kembung dan kotoran hewan, mewakili 60 persen dari total emisi, dan sisanya berasal dari emisi tidak langsung seperti produksi pestisida dan pupuk untuk pakan ternak, transportasi, dan pembukaan hutan untuk dijadikan padang rumput dan peternakan kedelai.
"Konsumsi daging cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi, meskipun dalam beberapa kasus hal ini terhambat oleh kekhawatiran terhadap iklim, kesehatan dan kesejahteraan hewan," kata FAO.
Namun, pertumbuhan populasi dunia kemungkinan akan mendorong peningkatan konsumsi protein hewani sebesar 21 persen antara tahun 2020 dan 2050.
FAO mengatakan, cara paling efisien untuk mengurangi emisi adalah dengan meningkatkan produktivitas di seluruh rantai pasokan, misalnya menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan jumlah susu per sapi atau mengirim hewan untuk disembelih pada usia yang lebih rendah.
Mengurangi konsumsi daging akan mempunyai dampak yang terbatas jika makanan tersebut digantikan oleh sayuran non-musiman yang ditanam di rumah kaca atau diangkut melalui udara.
"Sapi yang dipelihara di lahan yang luas di AS cenderung menghasilkan emisi yang lebih sedikit dibandingkan sapi yang dipelihara di Afrika sub-Sahara," kata laporan tersebut.
"Hal ini bukan untuk mendorong intensifikasi di wilayah-wilayah ini dengan cara apa pun, melainkan untuk menganjurkan pembelajaran dari sistem dengan intensitas emisi yang relatif lebih rendah," katanya.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemerintah Siapkan Pendanaan Rp20 Triliun untuk UMKM-Pekerja Migran
- 2 Usut Tuntas, Kejati DKI Berhasil Selamatkan Uang Negara Rp317 Miliar pada 2024
- 3 Pemkot Surabaya Mengajak UMKM Terlibat dalam Program MBG
- 4 Antisipasi Penyimpangan, Kemenag dan KPAI Perkuat Kerja Sama Pencegahan Kekerasan Seksual
- 5 Seekor gajah di Taman Nasional Tesso Nilo Riau mati
Berita Terkini
- Ini Daftarnya, PSSI Panggil 34 Pemain Untuk Pemusatan Latihan Timnas U-17
- Berdasarkan Bukti yang Ada, Polisi Tetapkan Penyewa Mobil Kasus KM 45 Tol Tangerang sebagai Tersangka
- Makin Kokoh Pertahannya, Bek Timnas Jay Idzes Kembali Tampil Penuh Ketika Venezia Ditahan Imbang
- Bersiap untuk Kembali Macet, 509.473 Kendaraan Kembali ke Jabotabek
- Banyak Sekali, Terjadi 360 Bencana Ekologis di Sulsel Selama 2024