Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 17 Jun 2022, 00:04 WIB

FAO Dorong RI Perkuat Pertanian Keluarga

Foto: Sumber: BPS – Litbang KJ/and/ones

» Sekitar 93 persen petani Indonesia adalah pertanian keluarga skala kecil, yang bercocok tanam di lahan sederhana dengan luas rata-rata 0,6 hektare.

» Pandemi dan perang menunjukkan rapuhnya sistem pangan korporasi dan pasar.

JAKARTA - Badan Pangan Dunia, FAO, meminta para pemangku kepentingan di Indonesia menerapkan kebijakan yang efektif untuk memperkuat pertanian keluarga. Permintaan itu disampaikan karena pertanian keluarga di Indonesia merupakan kelompok dominan yakni 93 persen.

Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (16/6), mengatakan dengan kebijakan yang efektif akan memperkuat pertanian keluarga dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan saat ini.

Sebab itu, sangat penting, kata Aryal, membangun dan memperkuat kebijakan, investasi, dan kerangka kelembagaan yang mendukung untuk pertanian keluarga di tingkat nasional dan subnasional.

"Pertanian Keluarga harus dilaksanakan secara terpadu dengan tata kelola yang inklusif dan efektif. Berdasarkan data yang relevan secara geografis dan tepat waktu," kata Aryal.

Sektor pertanian Indonesia, jelasnya, menyumbang 14 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Sekitar 93 persen petani Indonesia adalah pertanian keluarga skala kecil, yang bercocok tanam di lahan sederhana dengan luas rata-rata 0,6 hektare.

Petani di Indonesia juga merupakan bagian penting dari petani Asia Pasifik yang 70 persennya merupakan pertanian keluarga. Pertanian keluarga menghasilkan 80 persen pangan di kawasan ini.

Saat ini, Kementerian Pertanian telah mengambil inisiatif untuk mengimplementasikan pertanian keluarga melalui program pekarangan untuk pangan berkelanjutan sebagai salah satu program inisiatif unggulan dalam pertanian keluarga di Indonesia.

Koordinator Pelaksana Komite Nasional Pertanian Keluarga (KNPK), Ika Krishnayanti, yang dihubungi mengatakan di tengah situasi rawan pangan, penguatan pertanian keluarga harus menjadi arus utama di Indonesia. Tapi sayangnya, fokus perhatian pertanian keluarga di Indonesia masih sebatas program Pekarangan Pangan Berkelanjutan.

"Pertanian keluarga bukan sekadar bercocok tanam di pekarangan rumah saja, artinya jauh lebih luas dari itu," kata Ika.

Data FAO menunjukkan bahwa pertanian keluarga menyumbang 70 persen kebutuhan pangan dunia, sehingga mau tidak mau, semua kebijakan harus diarahkan ke sana.

"Kenyataan 90 persen pertanian kita itu pertanian keluarga, yakni pertanian yang dikelola oleh keluarga, bukan oleh korporat besar. Jadi, kalau memajukan pertanian keluarga, berarti memajukan pertanian nasional," tandas Ika.

Tidak Terpisahkan

Pengamat Pertanian, Said Abdullah, mengatakan pertanian keluarga dalam sejarah pembangunan Indonesia tidak bisa dipisahkan hingga saat ini, terutama pertanian pangan kebutuhan pokok seperti padi. "Model dan unit pertaniannya adalah keluarga, 90 persen pangan yang kita konsumsi terutama yang dihasilkan di dalam negeri apalagi beras dihasilkan dari keluarga petani," ungkapnya.

Dalam kesejarahan juga bisa terlihat bagaimana peran keluarga dalam memproduksi pangan sangat besar.

Keluarga memanfaatkan lahan di pekarangan, di kebun, dan lahan pertanian lainnya untuk memproduksi pangan tidak hanya untuk kepentingan keluarganya, namun juga lingkungannya. "Sayangnya, peran produksi pangan keluarga makin berkurang akhir-akhir ini digantikan oleh pasar. Padahal peran keluarga dalam memproduksi pangan masih mungkin dikuatkan terlebih dalam konteks Indonesia," katanya.

Pertanian di Indonesia tersebar dari timur, barat, utara, dan selatan hampir semuanya dikelola keluarga, kecuali perkebunan sawit. "Ini menjadi kekuatan kita, karena model pertanian ini lebih punya daya lenting. Diusahakan dalam skala kecil, tapi ber-impact besar.

Besarnya produksi pangan di tingkat keluarga mendorong kuatnya ketahanan pangan nasional. Penguatan model pertanian tersebut perlu terus dilakukan karena sangat adaptif dan ekologis.

Pandemi dan perang menunjukkan rapuhnya sistem pangan korporasi dan pasar. Salah satu jalan mengatasi persoalan-persoalan itu adalah dengan menguatkan model pertanian keluarga. "Bagi Indonesia, ini bisa jadi jawaban untuk mengantisipasi guncangan dan persoalan pangan," pungkas Said.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.