Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengembangan Perikanan

FAO: "Aquafarming" Menjadi Sumber Utama Ikan Global

Foto : ISTIMEWA

Produksi perikanan budi daya pada 2022 mencapai rekor 223,2 juta ton, memberikan harapan produksi itu dapat memenuhi permintaan makanan laut global yang terus meningkat.

A   A   A   Pengaturan Font

ROMA - Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organisation (FAO), pada Jumat (7/6), menyebutkan untuk pertama kali, produksi perairan yang dibudidayakan telah melampaui hasil tangkapan dari perikanan tangkap tradisional, menggarisbawahi harapan budi daya perairan dapat memenuhi permintaan makanan laut global yang terus meningkat.

Dalam laporan dua tahunan terbaru mengenai keadaan perikanan dunia, Badan Pangan dan Pertanian PBB yang berbasis di Roma ini mengatakan produksi perikanan dan akuakultur global pada 2022 mencapai rekor 223,2 juta ton.

Dikutip dari The Straits Times, akuakultur yang juga dikenal sebagai aquafarming adalah budi daya organisme akuatik, seperti ikan, krustasea, moluska, dan tanaman air serta alga di lingkungan yang terkendali.

FAO mengatakan produksi akuakultur mencapai angka 130,9 juta ton yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2022, di mana 94,4 juta ton di antaranya berasal dari hewan akuatik, 51 persen dari total produksi hewan akuatik.

"Angka-angka ini menunjukkan potensi budi daya perikanan untuk memberi makan populasi dunia yang terus bertambah. Ini merupakan sistem produksi pangan dengan pertumbuhan tercepat (di dunia) selama lima dekade terakhir," kata Asisten Direktur Jenderal FAO, Manuel Barange, kepada wartawan.

Penting Dikembangkan

Namun, hanya 10 negara, yaitu Tiongkok, Indonesia, India, Vietnam, Bangladesh, Filipina, Korea Selatan, Norwegia, Mesir, dan Cile, yang menyumbang hampir 90 persen dari seluruh produksi akuakultur. FAO mengatakan penting untuk mengembangkan industri ini di negara lain, khususnya di Afrika, yang saat ini merupakan negara pengimpor ikan.

Kritikus mengatakan budi daya perairan dapat merusak lingkungan dan membawa penyakit serta spesies invasif ke alam liar, namun FAO mengatakan hal ini dapat dihindari dengan adanya peraturan dan pemantauan yang tepat.

Laporan tanggal 7 Juni tersebut menyatakan konsumsi tahunan per kapita global atas makanan hewani akuatik, sumber utama protein bagi jutaan orang di seluruh dunia, berjumlah 20,7 kilogram pada tahun 2022, naik dari 9,1 kilogram pada tahun 1961, dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top