Senin, 23 Des 2024, 08:33 WIB

Faktor Domestik Nihil Jelang Libur Natal, Berikut Ini Sentimen IHSG Awal Pekan Ini

Foto: istimewa

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali melanjutkan tren positif, hari ini (23/12), dari penutupan akhir pekan lalu. Sentimen eks­ternal diperkirakan dominan mempengaruhi pergerakan IHSG awal pekan ini.

Head of Research Phintraco Sekuri­tas, Valdy Kurniawan melihat pa­sar mengantisipasi rilis data CB Consumer Confidence di Ame­rika Serikat (AS) untuk Desem­ber 2024 yang diperkirakan naik ke level 113 dari level 111,7 di No­vember 2024. Pasar juga mengantisipasi rilis data Durable Goods Orders di AS untuk November 2024, besok (24/12) yang diperkirakan turun 0,4 persen secara bulanan dari 0,2 persen MoM untuk Oktober 2024.

Dari regional, pasar mengantisipasi rilis data angka peng­angguran dan penjualan ritel di Jepang pada November 2024. Valdy memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (23/12), bergerak konsolidasi di kisaran level 6.950-7.050.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (20/12) sore, ditutup menguat di tengah pelemahan bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup menguat 6,62 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.983,86. Sementara kelompok 45 sa­ham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,40 poin atau 0,17 persen ke posisi 817,12.

“Bursa regional Asia cenderung bergerak mixed (varia­tif), di mana pasar merespons data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang memberikan indikasi perbaikan, yang dilatarbelakangi oleh data pertumbuhan ekonomi (GDP annualized qoq) yang naik dari sebelumnya 2,8 persen menjadi 3,1 persen,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Pada sisi lain, sinyal hawkish Bank Sentral AS The Fed yang mengisyaratkan pemangkasan suku bunga acuan ha­nya dua kali pada tahun depan masih menjadi perhatian pelaku pasar, dimana pasar memiliki pandangan bahwa ancaman inflasi masih membayangi.

The Fed mengisyaratkan akan melakukan lebih sedikit pemangkasan pada tahun 2025 karena inflasi yang tetap tinggi.

Sementara itu, pasar juga bereaksi terhadap kebijak­an bank sentral Tiongkok, yaitu People’s Bank of Tiongkok (PBOC), yang mempertahankan suku bunga acuan pin­jaman satu tahun (LPR) pada 3,1 persen dan suku bunga lima tahun, yang menjadi acuan untuk hipotek properti, te­tap tidak berubah di level 3,6 persen.

Kebijakan ini merupakan upaya untuk memacu pe­mulihan ekonomi dan merangsang konsumsi, mengingat ekonomi Tiongkok masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan meskipun pemerintah terus meluncurkan berbagai stimulus.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan: