Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Elastisitas Indikator Ekonomi

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Pun ironisnya, laporan yang dirilis pemerintah justru bertolak-belakang dan anomali. Semuanya diklaim sangat bagus dan lebih baik dari negara lain.

Bahkan rupiah merosot pun disebutkan bagus dalam rangka untuk meningkatkan ekspor karena harga produk Indonesia menjadi kian kompetitif.

Jejak awal tahun sampai dengan Mei, mata uang rupiah mengalami koreksi turun sebesar 5,7 persen. Dikatakan masih baik dibandingkan real Brasil yang terkoreksi 6,83 persen, rubel Rusia (-8,93 persen) atau lira Turki (-11,51 persen).

Total utang luar negeri pun dikatakan baik. Sampai dengan kuartal I jumlah utang luar negeri mencapai 358,7 miliar dollar AS atau naik 8,7 persen yoy. Indikator baiknya berdasarkan indikator rasio pembayaran utang atau debt service ratio (DSR) dan rasio utang terhadap ekspor atau debt to export ratio (DER) yang menurun. DSR Tier 1 turun menjadi 25,67 persen dibandingkan periode sama 2017 sebesar 33,15 persen. DSR Tier 2 juga berkurang menjadi 52,37 persen dari 59,42 persen pada periode sama 2017. Angka DER pun turun menjadi 166,58 persen dari periode sama 2017 sebesar 173,48 persen.

Sebenarnya rakyat Indonesia tidak membutuhkan debat dan argumentasi mengenai indikator-indikator ekonomi karena memang tidak perlu dan tidak butuh. Rakyat tentu saja kalah pandai dibandingkan para pegawai negara yang bersekolah tinggi. Hanya dalam waktu sekejab, data-data dapat diolah untuk legitimasi governansi penyelenggaraan negara. Fakta tidak bergeraknya ekonomi pun dapat dipelintir dengan pengolahan data-data. Namun persoalannya jika kesejahteraan rakyat jalan di tempat, argumentasi apalagi yang akan dibangun?
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top