El Nino dan Larangan Ekspor Beras India Berdampak Luas
Foto: Sumber: BPS – Litbang KJ/and - KJ/ONESWASHINGTON DC - Dalam banyak bahasa di Asia Tenggara, kata "nasi" digunakan dalam arti "makan" karena merupakan sumber kehidupan di wilayah tersebut.
Biji-bijian menyediakan 50 persen hingga 70 persen asupan kalori bagi masyarakat Asia Tenggara dan wilayah tersebut menyumbang 30 persen dari panen padi dunia.
Namun bahan pangan pokok kini tidak dapat dijangkau oleh puluhan juta orang di Asia Tenggara karena harga beras telah melonjak lebih dari 40 persen sejak akhir 2022.
Dikutip dari BenarNews, peningkatan ini disebabkan oleh eksportir utama, India, melarang penjualan di luar negeri dan fenomena iklim El Niño telah mengurangi hasil panen.
Peneliti senior di Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional di Washington, Joseph Glauber, mengatakan, kenaikan harga dapat menyebabkan masalah ketahanan pangan yang serius jika terus berlanjut.
"Di negara-negara dimana beras berperan penting dalam total konsumsi kalori, dan terdapat banyak diantaranya di Asia Selatan dan Asia Tenggara, akan terjadi krisis jika harga beras naik dua atau tiga kali lipat, dari sudut pandang ketahanan pangan," kata Glauber.
Pada Agustus, larangan ekspor beras non-basmati yang diberlakukan India mulai tanggal 20 Juli menyebabkan harga beras pecah 5 persen putih Thailand, yang merupakan patokan Asia, melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun, menjadi lebih dari 650 dolar AS per ton, atau 50 persen lebih tinggi dari 400 dolar AS pada akhir November.
"Harga telah sedikit turun sejak Agustus, namun dalam waktu enam bulan hingga satu tahun, harga akan naik hingga setidaknya 700 dolar AS hingga 750 dolar AS per ton," kata seorang analis AS kepada BenarNews, seraya menambahkan bahwa tekanan yang lebih besar akan mengakibatkan biaya mencapai 1.000 dolar AS per ton.
Sementara itu, para ahli mengatakan, dampak penuh El Niño, dengan pola cuaca ekstremnya, baru akan terlihat pada akhir tahun atau awal tahun 2024.
"Bahkan jika produksi turun hanya 5 persen hingga 10 persen, hal ini akan menaikkan harga, karena volume yang kita bicarakan adalah jumlah yang besar," kata Glauber.
Inflasi beras di Filipina meningkat menjadi 8,7 persen pada Agustus dari 4,2 persen pada Juli.
Untuk mengatasi kenaikan tersebut, Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr. pada tanggal 1 September memberlakukan pembekuan harga beras biasa dan beras giling, masing-masing sebesar 41 peso dan 45 peso (72 dan 79 sen) per kilogram.
Filipina seharusnya tidak terpengaruh oleh larangan tersebut karena mereka mengimpor beras terutama dari Vietnam, yang pada tahun 2022-2023 menyumbang 90 persen impor.
Namun karena larangan India, importir global beralih ke pemasok terbesar berikutnya, Thailand dan Vietnam. "Ini menyebabkan harga ekspor mereka melonjak ke tingkat tertinggi sejak tahun 2008," kata Departemen Pertanian Amerika Serikat atau United States Department of Agriculture (USDA) dalam laporannya yang bertajuk "Grain: World Markets and Trade" pada September.
Beras 'Makanan Orang Miskin'
Menurut kelompok pengentasan kemiskinan internasional Oxfam, sebelum pandemi Covid, pada 2018, lebih dari 73 juta orang, atau 11 persen dari hampir 654 juta populasi anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ASEAN atau Association of South East Asia Nations (Asean) hidup dalam kemiskinan yang parah.
Angka 73 juta tersebut tidak termasuk orang-orang yang mungkin berada di atas garis kemiskinan namun lemah secara ekonomi, karena Bank Dunia mendefinisikan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan adalah orang-orang yang hidup dengan pendapatan 2,15 dolar AS per orang per hari. Dan jutaan orang lainnya bergabung dalam kelompok tersebut selama dan setelah pandemi ketika perekonomian sedang berjuang untuk pulih.
"Dengan angka sebesar itu, inflasi beras di Asia Tenggara bisa menimbulkan masalah ketahanan pangan yang serius karena bukan hanya pangan yang menjadi makanan pokok di kawasan ini, namun juga pangan yang menjadi andalan masyarakat miskin," kata Timmer dari Harvard.
"Beras adalah makanan masyarakat miskin di Asia dan Afrika. Kenaikan harga beras akan menyebabkan kelaparan meluas," ujarnya.
Berita Trending
- 1 Daftar Nama Jemaah Haji Khusus Akan Transparan
- 2 Perlu Dihemat, Anggaran Makan ASN Terlalu Besar Rp700 Miliar
- 3 Kota-kota di Asia Tenggara Termasuk yang Paling Tercemar di Dunia
- 4 Pertamina Tegaskan Komitmen Terhadap Transisi Energi Berkelanjutan di Forum Ekonomi Dunia 2025
- 5 Mantan Host Fox News Pete Hegseth Terpilih Jadi Menteri Pertahanan AS
Berita Terkini
- Libur Panjang Isra Miraj dan Imlek Membuat Lalin di Tol Jabodetabek dan Jabar Meningkat 10 Persen
- Cegah Banjir, Kalsel Usul Modifikasi Cuaca ke Pusat
- Jangan Mudah Tergoda Iming-iming Ini, Polri Ingatkan Masyarakat Waspadai Penipuan Berkedok Investasi
- Jadi Pemain Terbaik, Megawati Bawa Red Sparks Raih 13 Kemenangan Beruntun
- Korban Mutilasi Cantik dan Seksi, Polisi Periksa Hotel di Kediri