Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Neraca Pembayaran

Ekspor Perlu Didorong Atasi Pelebaran CAD

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani mengatakan peningkatan ekspor perlu didorong untuk mengatasi pelebaran defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD). Sebab, pelebaran CAD turut berkontribusi pada pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar AS.

"Kita mesti meningkatkan ekspor, tetapi untuk itu tidak gampang juga," kata Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/8).

Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dollar AS atau tiga persen terhadap PDB, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dollar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.

Rosan memprediksi CAD Indonesia masih akan melebar hingga sekitar 25 miliar dollar AS pada akhir 2018. "Memang isu CAD ini harus dihadapi bersama. Dunia usaha juga sudah berbicara banyak dengan pemerintah," ujar dia.

Pelemahan rupiah, lanjut Rosan, perlu dimanfaatkan untuk membantu upaya mendorong ekspor. Dia juga menilai bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kondisi baik.

Namun, dia mengatakan rencana peningkatan suku bunga acuan Bank Sentral AS dua kali lagi hingga akhir 2018 membuat dunia usaha memikirkan potensi peningkatan biaya dana (cost of fund). "Kalau swing dari mata uang tinggi, akan susah bagi dunia usaha untuk memprediksi neraca keuangan mereka ke depan," kata Rosan.

Lonjakan Impor

Sebelumnya, BI mengungkapkan peningkatan defisit transaksi berjalan dipengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas. Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut terjadi karena kenaikan impor bahan baku dan barang modal sebagai dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang meningkat ketika ekspor nonmigas mengalami penurunan.

"Impor yang dilakukan tidak semata-mata untuk konsumsi tapi juga untuk kegiatan produksi yaitu bahan baku dan bahan modal," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI, Yati Kurniati di Jakarta, beberapa waktu lalu

Dia menambahkan peningkatan defisit neraca perdagangan migas ini dipengaruhi oleh naiknnya impor migas seiring dengan kenaikan harga minyak global serta permintaan yang tinggi pada periode Lebaran maupun libur sekolah.

"Defisit neraca perdagangan migas ini dipengaruhi oleh naiknya harga minyak internasional di tengah-tengah siklus peningkatan konsumsi terhadap minyak yang tinggi pada triwulan dua," ujarnya.

Selain itu, sesuai dengan pola musiman, pada triwulan II-2018, terjadi peningkatan pembayaran dividen maupun utang luar negeri korporasi yang ikut memberikan sumbangan terhadap defisit neraca pendapatan primer.

Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top