Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kondisi Tenaga Kerja I Indonesia Butuh 17,5 Juta Tenaga Kerja Profesional

Ekonomi Jangan Hanya Andalkan Sumber Daya Alam

Foto : Sumber: BPS - kj/ones
A   A   A   Pengaturan Font

» Kalau 2045 generasi Indonesia bukanlah generasi yang produktif, namun konsumtif, maka Indonesia Emas 2045 hanyalah mimpi.

» Hilirisasi industri untuk memperoleh nilai tambah, sehingga perlu upgrade skill SDM agar penguasaan teknologi lebih mudah.

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya bertumpu pada sumber daya alam, namun juga perlu diperkuat dengan knowledge based economy. Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan knowledge based economy adalah hal yang penting untuk memiliki skilled labor yang paham terhadap teknologi.

Erick saat menyampaikan pidato kunci di Universitas Sumatera Utara di Medan yang dipantau secara daring dari Jakarta, Minggu (9/1), mengatakan pada 2035, Indonesia membutuhkan 17,5 juta tenaga kerja dan profesional serta pengusaha muda yang mengerti dan beradaptasi terhadap teknologi.

"Kita juga harus membangun digitalisasi, bukan sekadar jaringan internet dan Wifi, tapi ke depan yang dibutuhkan adalah infrastruktur digitalisasi yang amat sangat penting, karena ini adalah backbone dari kekuatannya. Apa yang namanya healthtech, fintech, edutech, mediatech, semua ke arah tersebut," katanya.

Kalau Indonesia masih terus berharap kepada sumber daya alam, padahal satu saat akan habis di kemudian hari.

"Tantangan kita ke depan justru di knowledge based economy, di mana sekarang era manusianya yang menjadi pusat pertumbuhan, inovasi manusianya yang menjadi pusat pertumbuhan. Tidak bisa hanya mengandalkan pasar dan sumber daya alam," kata Erick.

Menurut Erick, kalau tahun 2045 generasi Indonesia bukanlah generasi yang produktif, namun generasi yang konsumtif, maka Indonesia Emas 2045 hanyalah mimpi.

Menanggapi pernyataan Erick, Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Wasiaturrahma, mengatakan faktor produksi harus lengkap untuk menjadi product/output. Harus ada tanah/alam, tenaga kerja terampil, modal dan teknologi.

"Nah, zaman sekarang walaupun Indonesia mempunyai kekayaan alam yang luar biasa, sulit untuk menghasilkan output yang luar biasa jika tenaga kerjanya biasa-biasa saja. Artinya, untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain, kita harus didukung oleh SDM yang andal dan mempunyai skill.

"Jika dibandingkan dengan negara lain memang skill labor kita masih rendah karena 60 persen tenaga kerja kita lulusan SMP. Kita tahu, lulusan SMP itu juga secara kematangan berpikir masih belum lengkap, apalagi berharap terampil, pasti kalah. Oleh karena itu, jika ingin competitiveness, kita harus mempunyai SDM unggul untuk menghasilkan output yang bagus dan tinggi. Karena kita mempunyai target pada 2045 untuk menjadi negara maju," kata Rahma.

Rahma menambahkan, knowledge-based economy (KBE) adalah perekonomian yang secara langsung didasarkan atas produksi, distribusi, serta penggunaan knowledge.

Dalam konteks sumber daya alam maka memang perlu adanya knowledge based economy. Sumber daya alam perlu diolah sendiri dan dijual dengan nilai tambah, tidak dalam bentuk raw material.

"Isu mengenai skilled labor menjadi isu lama yang memang masih perlu untuk dikembangkan kembali. Masih banyak sekali pekerja yang tidak terampil, sehingga berpengaruh pada pendapatan yang rendah dan kemiskinan.

Kegiatan produksi atas dasar KBE akan meningkatkan efisiensi dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Kegiatan distribusi yang didasarkan pada KBE dapat memperluas pasar sehingga perusahaan akan berkembang," katanya.

Hilirisasi Industri

Secara terpisah, Direktur Program Indef, Esther Sri Astuti, mengatakan ekspor sumber daya alam harus diolah terlebih dahulu.

"Penting hilirisasi industri kita laksanakan untuk memperoleh nilai tambah, sehingga perlu upgrade skill SDM agar penguasaan teknologi lebih mudah," tegasnya.

RI, katanya, perlu meniru langkah Tiongkok yang mengirim 1.000 pelajar per tahun untuk studi luar negeri. Setiap tahun berbeda, misalnya tahun ini 1.000 mahasiswa kedokteran, tahun depan pertanian, dan seterusnya.

Pemerintah, katanya, hanya memberi allowance setiap bulan kepada mahasiswa itu. Tuition fee mereka gratis, sebagai imbal balik investor negara itu dapat insentif dan kemudahan ketika melakukan investasi di Tiongkok.

Dalam setiap kontrak investor yang mendirikan pabrik di negara itu akan menghadapi klausul perjanjian kontrak yang menerangkan investor harus melakukan transfer teknologi dari tahun ke tahun serta penggunaan SDM lokal dari tahun ke tahun yang terus meningkat.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top