Ekonomi Indonesia di Triwulan III Hadapi Tantangan Berat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan tantangan keberlangsungan ekonomi Indonesia ke depan akan berasal dari eksternal termasuk situasi geopolitik yang tidak menentu hingga agresivitas kebijakan negara maju.
Karena itu, Eko Listyanto berharap windfall dari kinerja ekspor Indonesia pada Triwulan II/2022 sebesar 19,74 persen year on year (yoy) jangan sampai kendor meski tanda-tanda mulai menipisnya surplus sudah kelihatan. Hal itu bisa dilihat dari kecenderungan perkembangan ekonomi negara mitra dagang Indonesia yang mengalami peningkatan inflasi, sementara pertumbuhan ekonomi menurun. Hal tersebut membuat daya beli tergerus sehingga permintaan negara mitra dagang terhadap komoditas dari Indonesia juga akan menurun.
"Ini harus diantisipasi karena kalau turun, persoalannya bukan hanya terhadap neraca perdagangan, tetapi juga kepada stabilitas nilai tukar kita. Ini kan pundi-pundi cadangan devisa," katanya.
Menurut Eko, kini pemerintah disebut sedang berupaya mempertahankan suku bunga perekonomian. Tetapi, implikasi dari kebijakan itu adalah nilai rupiah tertekan sehingga lebih sering membutuhkan operasi moneter yang pasti membutuhkan amunisi, yakni cadangan devisa.
"Kalau kita tak bisa merawat surplus ekspor, memang kemungkinan tekanan ke rupiahnya juga lebih tinggi disebabkan ini salah satu yang menjadi penopang utama karena modal asing sudah banyak yang keluar, terutama dana-dana portofolio seiring dengan agresivitas dari Fed Fund Rate (FFR)," kata Eko.
Ekonom Konstitusi, Defiyan Cori mengatakan, secara kuantitatif capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44 persen tersebut mengalami penurunan dibandingkan Triwulan II Tahun 2021 (TW II/2021) yang sebesar 7,07 persen. Artinya, terdapat penurunan persentase selama satu tahun sebesar 2,67 persen.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya