Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proyeksi IMF I Harga Energi dan Pangan Membuat Perekonomian Lebih Suram

Ekonomi Global Terancam "Hard Landing" Jika Inflasi Berlanjut

Foto : ISTIMEWA

International Monetary Fund (IMF)

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperingatkan kalau ekonomi global berpeluang mengalami hard landing atau pendaratan keras, jika inflasi terus mengancam yang memicu kenaikan suku bunga yang lebih tinggi, sehingga memperbesar risiko di sektor keuangan.

Hard landing sendiri adalah kondisi perekonomian di mana periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kemudian diikuti dengan perlambatan parah, bahkan mengalami resesi.

Meskipun perkiraan ekonomi yang dituangkan dalam World Economic Outlook terbaru Selasa (11/4), sebagian besar indikatornya tidak berubah dibanding proyeksi pada Januari lalu, namun tanda-tanda ketahanan lebih rendah karena terpengaruh harga energi dan pangan global yang membuat perekonomian lebih suram.

Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, mengatakan di bawah permukaan sedang terjadi turbulensi dan situasinya cukup rapuh. "Inflasi jauh lebih melekat daripada berbagai langkah antisipasi bahkan pada beberapa bulan lalu," katanya.

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa pengetatan kebijakan moneter yang tajam dalam 12 bulan terakhir mulai menimbulkan efek samping yang serius bagi sektor keuangan.

Dalam prakiraan penuh dua kali setahun yang diterbitkan pada hari Selasa (11/4), IMF mengatakan gejolak di pasar obligasi pemerintah Inggris musim gugur lalu dan gejolak perbankan AS bulan lalu menunjukkan kerentanan signifikan, baik di antara bank maupun lembaga keuangan non-bank.

"Risiko terhadap prospek sangat condong ke sisi bawah, dengan kemungkinan hard landing telah meningkat tajam," sebut IMF.

Gournichas kepada Financial Times mengatakan saat sistem perbankan jauh lebih tangguh daripada krisis keuangan tahun 2008, namun para pembuat kebijakan harus memikirkan apa yang salah.

Prakiraan baru IMF menunjukkan peluang 25 persen bahwa tingkat pertumbuhan global tahunan bisa turun di bawah 2 persen pada 2023, risiko dua kali lebih besar dari biasanya. Ekonomi global hanya tumbuh selambat itu dalam lima tahun kalender sejak 1970.

Jika guncangan keuangan yang signifikan melanda, sesuatu yang membuat IMF memberi risiko 15 persen, mereka mengatakan pertumbuhan global kemungkinan akan turun di bawah tingkat pertumbuhan populasi dan mengakibatkan resesi global.

Dalam perkiraan pusat IMF yang tidak berubah, ekonomi global diperkirakan akan tumbuh 2,8 persen pada tahun 2023, meningkat menjadi 3 persen pada tahun 2024 dan bertahan di sekitar level tersebut hingga sekitar tahun 2028.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, pekan lalu, mengatakan ini adalah prospek ekonomi global jangka menengah terlemah sejak 1990.

Gournichas kepada Financial Times mengatakan bahwa dana tersebut memproyeksikan pertumbuhan "supercharged" di Tiongkok dengan negara lain kembali ke tingkat yang lebih normal. IMF juga berasumsi bahwa produktivitas global akan memburuk, sementara ekonomi akan mengalami "luka" karena pandemi, dan fragmentasi di tengah ketegangan geopolitik.

Lembaga itu memperkirakan ekonomi AS naik dari perkiraan Januari dan diharapkan tumbuh 1,6 persen pada 2023 dan 1,1 persen pada 2024. Pada tiga bulan lalu, IMF memproyeksikan kenaikan 1,4 persen tahun ini diikuti oleh 1 persen ekspansi pada tahun berikutnya.

Sementara itu, zona euro diperkirakan akan tumbuh lebih lambat sebesar 0,8 persen tahun ini karena negara-negara anggota mereka menghadapi kenaikan harga energi tahun lalu sebelum pulih ke tingkat 1,4 persen pada 2024.

Kalahkan Inflasi

Untuk Tiongkok, IMF memperkirakan ekonominya akan tumbuh 5,2 persen pada 2023 atau sejalan dengan target pemerintah Beijing, meskipun IMF memperkirakan akan melambat menjadi 4,5 persen pada tahun 2024.

IMF juga meminta bank sentral untuk terus berupaya menurunkan inflasi dan agar pemerintah membantu dengan menghapus beberapa dukungan fiskal yang ditawarkan dalam beberapa tahun terakhir untuk menangani Covid-19 dan krisis energi.

Selama pasar keuangan tetap relatif stabil maka bank sentral harus melakukan segala yang mereka bisa untuk mengalahkan inflasi.

Gournichas memperingatkan tekanan harga dapat terus berlanjut, yang akan menghasilkan "skenario pendaratan yang lebih sulit".

"Ada kekhawatiran di luar sana bahwa kita mungkin tidak memiliki pengetatan yang cukup dalam sistem saat ini dan akan dibutuhkan lebih banyak lagi," katanya. "Itu pasti akan meningkatkan kemungkinan output akan turun lebih jauh dibandingkan dengan proyeksi kami."

Namun, krisis kredit, yang diperkirakan beberapa ekonom setelah gejolak perbankan AS baru-baru ini, dapat bertindak sebagai kekuatan disinflasi.

"Selama teratur, beberapa dari kontraksi pinjaman ini mungkin benar-benar bermanfaat dalam menurunkan inflasi dan dapat menggantikan kenaikan suku bunga lebih lanjut," pungkas Gournichas.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Kris Kaban

Komentar

Komentar
()

Top