Ekonomi Global Melambat, RI Harus Kurangi Impor
EUGENIA MARDANUGRAHA Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia - Jadi yang perlu dilakukan pemerintah adalah menahan impor barang jadi dan jasa, lalu fokus pada produksi di dalam negeri.
Khusus perekonomian nasional, beberapa indikator masih ekspansif seperti terlihat pada optimisme masyarakat yang menguat serta peningkatan Mandiri Spending Index. Namun demikian, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur menunjukkan kinerja yang perlu diwaspadai. Data terbaru menunjukkan PMI berada di level 50,3 pada Mei 2023, lebih rendah dari indeks April 2023 yang tercatat 52,7.
"PMI manufaktur melemah dibanding bulan lalu. Namun, kita masih ekspansif. Kalau kita lihat negara-negara lain masih kontraktif, bahkan Vietnam yang selama ini dalam posisi kuat juga sedang dalam posisi kontraktif," paparnya.
Lebih lanjut dikatakan, pertumbuhan ekonomi mitra dagang masih tertekan. Meski perekonomian AS masih tangguh dan tidak masuk ke dalam jurang resesi, namun pertumbuhannya hanya sedikit berada di atas 1 persen. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi di Eropa hanya berkisar 0 hingga 1 persen.
Di sisi lain, Tiongkok mengalami pertumbuhan yang moderat, yakni di kisaran 3 persen pada kuartal I-2023. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dari prakiraan sebelumnya ketika mereka membuka kembali perekonomian dan mobilitas masyarakatnya.
"Ini menggambarkan bahwa higher for longer bisa menghasilkan perekonomian weaker for longer juga, baik untuk Eropa, Amerika, dan eksternal kita, termasuk Tiongkok," katanya, seperti dikutip dari Antara.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya