Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 25 Mar 2023, 00:04 WIB

Ekonom Yakin BI Segera Lakukan Penyesuaian Suku Bunga

Foto: Sumber: BI, Federal Reserve - KJ/ONES

» BI akan menaikkan suku bunga 25-50 basis point (bps) karena tren kenaikan suku bunga global masih terus berlanjut.

» Dengan tingkat utang pemerintah yang tinggi maka diperlukan kehati-hatian fiskal yang berkelanjutan.

JAKARTA - Di tengah krisis perbankan yang melanda Amerika Serikat (AS), negara ekonomi terbesar dunia itu tetap menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) 0,25 persen ke level 4,75-5 persen. Dengan kenaikan tersebut, maka selisih (spread-nya) dengan suku bunga BI7days Reverse Repo Rate semakin tipis.

Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada pertengahan Maret bank sentral menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen, sehingga selisihnya tinggal 1 persen lebih.

Spread yang semakin rapat itu menurut Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic Law and Studies (Celios), Bhima Yudhistira, akan mendorong otoritas moneter melakukan penyesuaian dengan menaikkan suku bunga acuan.

"BI akan menaikkan suku bunga 25-50 basis point (bps) karena tren kenaikan suku bunga global masih terus berlanjut," kata Bhima.

Kenaikan suku bunga the Fed perlu diwaspadai karena dampaknya terhadap nilai tukar rupiah. Para pelaku pasar dalam kondisi seperti itu cenderung untuk lebih memilih aset yang aman atau safe haven.

"Bagaimana pun efeknya akan membuat rupiah melemah terhadap dollar AS. Investor akan mencari aset-aset yang aman. Itu yang membuat otoritas keuangan harus mendorong stabilitas nilai tukar rupiah. Efeknya baru kelihatan di kuartal kedua. Ditambah ada risiko dari stabilitas global setelah serial gagal bayar perbankan regional di Amerika," kata Bhima.

Secara terpisah, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, mengatakan potensi menaikkan suku bunga.

Kenaikan FFR baru-baru ini yang tidak terduga mendorong tekanan ke BI untuk menaikkan suku bunga acuan. "Ini perlu diselaraskan kembali dengan perkembangan nilai tukar rupiah dan inflasi di bulan mendatang," kata Riefky.

Waspadai Kerentanan

Dalam keterangan tertulisnya, Asisten Direktur Departemen Western Hemisphere Dana Moneter Internasional (IMF), Cheng Hoon Lim, mengingatkan agar pengawasan terhadap sektor keuangan Indonesia harus tetap waspada terhadap kerentanan yang muncul.

"Indonesia bisa memantau dengan cermat dampak suku bunga yang lebih tinggi pada bank dan sektor korporasi," kata Lim.

Dengan tingkat utang pemerintah yang tinggi pada neraca bank maka diperlukan kehati-hatian fiskal yang berkelanjutan dan pengawasan bank yang ketat untuk meminimalkan risiko yang berasal dari hubungan bank dengan negara.

IMF, jelasnya, menilai sistem keuangan Indonesia tampaknya tangguh lantaran perbankan menikmati penyangga yang kuat dan pertumbuhan kredit yang kuat. Maka dari itu dengan risiko sistemik yang moderat, kebijakan makroprudensial Indonesia secara umum tidak berubah tahun ini, dengan menuju sikap yang lebih netral pada tahun 2024.

Menurut Lim, manajemen ekonomi makro Indonesia yang berhati-hati telah mempertahankan ruang kebijakan dan meninggalkan penyangga kuat untuk merespons guncangan yang merugikan.

"Dalam lingkungan global yang tidak pasti, kebijakan harus tetap gesit dan diarahkan untuk melanjutkan rekor stabilitas ekonomi dan keuangan Indonesia yang kuat," jelasnya.

Dia berharap nilai tukar rupiah bisa terus memainkan peran sebagai peredam kejut atau shock absorber, meskipun intervensi valuta asing mungkin akan tepat dilakukan dalam kondisi dan guncangan tertentu.

Di sisi lain, Lim mengingatkan Bank Indonesia agar tetap waspada dalam memantau perkembangan inflasi dan memperketat kebijakan moneter untuk mengatasi risiko inflasi tersebut.

Dengan demikian, sikap kebijakan otoritas moneter saat ini secara umum dinilai netral dan sesuai.

Inflasi diperkirakan kembali ke target pada pertengahan 2024, namun BI harus siap untuk bertindak tegas jika sewaktu-waktu tekanan harga kembali mencuat mengancam perekonomian.

"Seiring dengan normalnya kembali perekonomian, BI dapat mengambil tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter," pungkas Lim.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.