Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dua Sisi Pensiunan Jenderal

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Selain kedekatan PJ dengan institusi masing-masing, mereka juga dekat dengan prajurit aktif. Rasa saling menghormati, kepangkatan, senioritas (tahun masuk), jiwa militer dan esprit de corps menjadi nilai dasar relasi. Hal inilah yang menghubungkan purnawirawan dengan prajurit aktif. Meskipun telah pensiun, cara pandang dan jiwa tetaplah militer. Mereka yang berada di luar korps, tentu tidak akan bisa menghayati kehidupan, pelaksanaan tugas, semangat, dan perasaan dalam kesatuan korps tersebut.

Memasuki era demokrasi, supremasi sipil menjadikan TNI dan Polri harus tunduk pada otoritas sipil. Filosofi demikian yang bisa dipahami untuk menjawab mengapa dua institusi tersebut bisa menjadi alat negara dan berada di bawah kendali pemerintah sipil. Meski demikian, pola relasi sipil-militer harus senantiasa diawasi agar tidak mengarah pada pemanfaatan alat negara secara politis untuk kepentingan penguasa atau kelompok tertentu.

Sipil-Militer

Dalam pola relasi sipil-militer, indikasi penyalahgunaan wewenang oleh penguasa terhadap alat negara tetap ada. Relasi yang tidak tepat, tentu akan merusak tataran norma dan nilai dalam sistem demokrasi. Apalagi salah satu relasi terkait dengan alat negara yang memiliki persenjataan lengkap. Samuel Huntington mengemukakan dua relasi yang mencerminkan hubungan sipil-militer dalam suatu negara.

Pertama, Objective Civilian Control atau Militarizing the Military. Relasi ini merupakan pengendalian sipil objektif dengan memberi semacam otonomi kepada militer. Ini penting karena banyak di dalam tubuh militer tidak diketahui sipil. Suatu korps perwira yang profesional seperti di barat selalu siap melaksanakan kehendak sipil penguasa yang sah pemerintahan suatu negara (Nugroho Notosusanto, Seri Prisma:1995).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top