Dokter Ingatkan para Orang Tua: Sikap Cuek Merupakan Salah Satu Tanda Autisme pada Anak
Seorang anak autis sedang belajar matematika di Pusat Terapi dan Sekolah Khusus Autisme SmartKid, Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Foto: ANTARA/Risky SyukurJakarta - Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr Mahar Mardjono Jakarta dr Roy Amardiyanto mengatakan sikap cuek dan tidak memperhatikan orang tuanya merupakan salah satu pertanda gangguan spektrum autisme pada anak.
Dalam diskusi mengenai autisme pada anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu, Roy mengatakan tanda tersebut bisa dijumpai sejak anak memasuki usia enam hingga delapan bulan.
"Biasanya anak yang memiliki gangguan spektrum autisme, anak-anak kecil umur 6, 7, 8 bulan diajakin main cuek saja, dianggak merhatiinyang merawatnya. Biasanya kan anak umur 6 bulan, 7 bulan saat dipanggil nama atau main cilukba saja dia langsung ketawa dan mencari, tetapi anak ini cuekbanget," katanya.
Selain cuek, Roy menyebutkan gangguan perkembangan lainnya juga bisa terjadi pada anak dengan gangguan spektrum autisme, seperti belum adanya kata-kata spesifik seperti "mama" atau "papa" pada anak usia lebih dari satu tahun.
"Biasanya anak yang normal kalau minta sesuatu, akan bicara 'ah ah' (isyarat) begitu. Nah pada anak dengan gangguan spektrum autisme ini belum bisa, mau sampai usia dua tahun pun biasanya belum bisa. Pasti keluar,narik-nariksaja, tetapi sambilnangis," ujarnya.
Pada anak yang lebih besar, ujar Roy, tanda gangguan spektrum autisme berupa cuek bisa muncul kembali dengan tidak dihiraukannya orang tua atau pengasuh saat mengalihkan perhatian anak.
"Biasanya kalau diajakngobrolsesuatu yang di luar dari minatnya, biasanya dianggakakan bisasebutin. Misalnya, anak ini minatnya suka kapal terbang, sibuknyangomongkapal terbang saja. Kalau dialihkan dengan misalnya sepeda, biasanya dia akanngomongkapal terbang lagi," katanya.
Untuk itu, Roy mengajak para orang tua untuk membawa anak dengan gangguan spektrum autisme ke dokter anak ataupun dokter saraf anak, agar anak mendapatkan penanganan yang tepat, sehingga bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana anak yang lain.
Senada dengan Roy, Ketua Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) Dante Rigmalia menekankan peran serta keluarga dalam membantu perkembangan anak dengan gangguan spektrum autisme.
"Penanganan pertama untuk autis adalah harus mengetahui sejak awal kondisi keautisannya seperti apa, dari identifikasi dan asesmen yang dilakukan oleh ahli itu akan dijadikan bahan untuk pembelajaran bagi teman-teman autis. Kalau program pembelajaran didasarkan atas identifikasi akan tepat dan akan sesuai," tutur Dante.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
Berita Terkini
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Bangun Ekosistem Digital UMKM, Hibank dan Mitra Strategis Tandatangani MOU
- Hasilkan Produktivitas Tinggi dengan Laptop Dua Layar
- Yonzipur Gagalkan Penyelundupan 4 Kg Sabu di Perbatasan Indonesia-Malaysia
- Aniaya Suami, Seorang Wanita di Cipayung Jadi Tersangka KDRT