Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dokter di Jalan Iman dan Nasionalisme

A   A   A   Pengaturan Font

Penderitaan tak membuat keluarga Goan Hoey putus asa. Setelah keadaan aman, keluarga Goan Hoey pindah ke Padang.

Di Padang, Lie mulai merajut masa depannya dengan menempuh pendidikan di SD, SMP Pius, dan SMA Don Bosco. Kesulitan demi kesulitan dialami Lie karena ia sudah menjadi yatim sejak kelas IV SD. Ibunya harus kerja serabutan, berjualan kue dan menjahit, untuk menghidupi ketujuh anaknya, termasuk Lie.

Kendati hidup dalam keterbatasan, ibunya selalu menanamkan semangat pada Lie yang berotak cerdas agar meraih cita-cita setinggi-tingginya. Sang ibu juga berpesan pada Lie agar tak lupa berdoa dan rajin ke gereja. Lie selalu berdoa agar kelak ia menjadi dokter.

Selepas SMA, Lie bertekad kuliah kedokteran di Jerman. Ia harus bekerja di toko milik kakaknya untuk mengumpulkan ongkos ke Jerman. Uang hanya terkumpul untuk tiket pesawat satu kali perjalanan, namun Lie tetap berangkat untuk kuliah di Freie Universitat, Berlin. Sebelum berangkat, ibunya berpesan, "Kalau kamu menjadi dokter, jangan mengambil duit orang miskin. Mereka akan membayar, tapi di rumah menangis karena tidak ada uang untuk membeli beras." (hlm. 40).

Lie membanting tulang menjadi pencuci piring di restoran, kerja di panti jompo dan kantor pos, untuk membiayai kuliahnya. Kerja kerasnya tak sia-sia, ia lulus kuliah pada 1984 dengan meraih empat spesialisasi: bedah umum, bedah toraks, bedah jantung, dan bedah pembuluh darah (hlm. 73).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top