Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dokter di Jalan Iman dan Nasionalisme

A   A   A   Pengaturan Font

Menjadi dokter ahli di Jerman sangat menjanjikan karena penghasilan yang besar. Namun, Lie selalu teringat pesan ibunya agar membantu orang miskin. Lie pun pulang ke Indonesia karena ia tahu ilmunya lebih dibutuhkan orang-orang miskin di Indonesia.

Di Indonesia, Lie harus menghadapi kenyataan pahit. Ia kesulitan mendapatkan rumah sakit yang mau menerimanya karena dirinya Tionghoa. Dari banyak lamaran yang diajukannya, akhirnya ia diterima di RS Kariadi Semarang pada 1985.

Lie lalu pindah ke RS Husada Jakarta. Di RS ini pada 1993 ia menerapkan bedah jantung terbuka yang masih langka di Indonesia. Bedah jantung teknik tinggi ini gratis untuk masyarakat miskin, seperti tukang becak dan sopir.

Aktivitas kemanusiaan Lie didengar Uskup Agung Jakarta Leo Soekoto SJ. Uskup mengundang Lie dan mendorong penggalangan dana untuk kelangsungan bedah jantung terbuka bagi orang-orang tidak mampu (hlm. 92).

Langkah Lie tidak berhenti sampai di situ. Ia melakukan gebrakan spektakuler untuk menolong mereka yang selama ini tidak terjangkau layanan kesehatan. Dengan uang hasil penjualan rumahnya, pada 2012 ia membeli kapal kayu seharga Rp550 juta. Kapal kemudian direnovasi menjadi Rumah Sakit Apung (RSA) yang dilengkapi peralatan medis memadai. Ini menjadi RSA swasta pertama di Indonesia.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top