Defisiensi Vitamin D Rawan Keparahan
Foto: istimewaSalah satu yang biasa dilakukan untuk menjaga imunitas dari infeksi Covid-19 adalah dengan mengkonsumsi vitamin D. Pertanyaan yang muncul bisakah vitamin D melindungi dari penyakit Covid-19? Atau bisakah mengkonsumsi suplemen vitamin D mencegah dapat infeksi virus SARS-CoV-2?
Sebelum penelitian oleh Universitas Purdue, Indiana, dan Institut Kesehatan Nasional, Amerika Serikat menemukan hasilnya, Institut Kesehatan Nasional dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tidak ada cukup data untuk merekomendasikan penggunaan vitamin D untuk mencegah infeksi virus yang menyebabkan Covid-19 atau untuk mengobati Covid-19.
Beberapa penelitian hanya menemukan bukti dampak vitamin D pada penderita Covid-19. Studi terhadap 489 orang positif penyakit tersebut menemukan, mereka yang kekurangan vitamin D lebih mungkin terkena virus yang menyebabkan Covid-19 daripada orang yang memiliki kadar vitamin D normal.
"Penelitian lain telah mengamati tingkat kekurangan vitamin D yang tinggi pada orang dengan Covid-19 yang mengalami gagal pernafasan akut. Mereka yang kekurangan vitamin D memiliki risiko kematian yang jauh lebih tinggi," kata spesialis penyakit menular di Rochester, Minnesota, William F Marshall dalam tulisannya di laman Mayo Clinic.
Sebuah penelitian kecil secara acak menemukan bahwa dari 50 orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang diberi jenis vitamin D (calcifediol) dosis tinggi, hanya satu yang memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Sebaliknya, di antara 26 orang dengan Covid-19 yang tidak diberi kalsifikasi, 13 perlu dirawat di unit perawatan intensif.
"Di Amerika Serikat kekurangan vitamin D umum terjadi terutama di kalangan orang Hispanik dan kulit hitam. Kelompok-kelompok ini telah terpengaruh secara tidak proporsional oleh Covid-19," jelas Marshall.
Selain itu kekurangan vitamin D juga lebih sering terjadi pada orang lebih tua. Alasannya mereka memiliki indeks massa tubuh 30 atau lebih tinggi terutama pada yang mengalami obesitas, dan orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Sedangkan menurut tulisan beberapa ahli yang diterbitkan pada laman Cochrane, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang parah juga memiliki kadar vitamin D rendah. Namun demikian sulit untuk mengetahui apakah kekurangan vitamin D itu sendiri merupakan faktor risiko untuk Covid-19 yang parah atau tidak.
"Faktor risiko untuk terpapar Covid-19 yang parah adalah termasuk kesehatan umum yang buruk, pola makan yang buruk, dan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes, dan penyakit hati dan ginjal," tulis laman tersebut.
Selama ini vitamin D penting untuk kesehatan tulang, gigi, dan otot. Selain itu vitamin D membantu mengatur gula darah, jantung dan pembuluh darah, dan paru-paru dan saluran udara, dan juga memiliki peran dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
"Ini adalah area yang terkena Covid-19, jadi memberikan vitamin D kepada orang dengan Covid-19 dapat membantu mereka pulih lebih cepat atau penyakitnya tidak terlalu parah," lanjut tulisan tersebut. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 2 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 3 Majukan Ekosistem Digital Indonesia, Diperlukan Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
- 4 Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Sebut JETP Program Gagal
- 5 Meksiko, Kanada, dan Tiongkok Siapkan Tindakan Balasan ke AS
Berita Terkini
- 3.000 Pelajar Terancam Putus Sekolah
- KPU RI Ungkap Tingkat Partisipasi Pemilih di Pilkada 2024 untuk Pilgub Capai 71,39 Persen
- Presiden Prabowo Sidak Dapur Umum Program MBG di Rawamangun
- Kasad: TNI AD Akan Perbarui Doktrin Perang untuk Sesuaikan Kemajuan Zaman
- Antisipasi Penurunan Pendapatan, Ekonom Sarankan Paket Stimulus untuk Sektor MICE