![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Cybercrime Mengintai, Bank Harus Selangkah Lebih Maju dari Pelaku Kejahatan Siber
Perbankan Harus Prioritaskan Keamanan Siber
Foto: antaraJAKARTA – Perbankan harus menjadikan keamanan siber sebagai prioritas utama mengingat sektor ini menjadi target utama bagi penjahat dunia maya yang ingin mencuri data, uang, atau mengganggu sistem keuangan.
Keamanan siber dalam perbankan bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan untuk menjaga data, uang, kepercayaan nasabah, dan kepatuhan terhadap hukum. Dengan meningkatnya ancaman siber, bank harus terus berinovasi dalam sistem keamanan agar tetap selangkah lebih maju dari para penjahat dunia maya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin memperingatkan keamanan siber harus menjadi prioritas manajemen tertinggi di perbankan. "Kejahatan di dunia siber pada prinsipnya sulit untuk dihapuskan. Akan selalu ada model kejahatan-kejahatan serupa di masanya," ujar Gunawan di Medan, Rabu (12/2).
Dia mengatakan, sebaik apapun sistem yang dimiliki oleh perbankan, tetap ada saja upaya untuk membobol sistem tersebut. Lebih lanjut, Menurut Gunawan, ini adalah salah satu model kejahatan modern di era teknologi yang berkembang pesat pada era saat ini.
"Yang menjadi sasaran utama adalah perbankan yang menjadi industri vital dalam perekonomian di sebuah negara," tuturnya.
Walaupun menurutnya, sejauh ini belum tersiar kabar telah terjadi peretasan. Tapi sebaiknya perbankan tetap berupaya untuk menjadikan keamanan siber sebagai prioritas manajemen tertinggi di perbankan. Sebab, kata dia, dunia perbankan pernah mengalami serangan kejahatan siber di tahun 2022, tapi, semuanya masih dalam kondisi yang aman dan terkendali.
"Karena ancaman dari Bjorka untuk saat ini, saya pikir tidak perlu direspon terlalu berlebihan. Nasabah maupun masyarakat tidak perlu panik berhadapan dengan ancaman tersebut," ucapnya.
Walaupun, bukan berarti tidak melakukan apa-apa saat menghadapi ancaman tersebut. Karena pada dasarnya Bjorka sendiri juga sudah pernah melakukan peretasan sebelumnya. "Terlebih jika serangan ditujukan pada industri perbankan yang menjadi jantungnya ekonomi," kata dia.
Karenanya, Gunawan menilai perlunya membangun kepercayaan masyarakat, nasabah, hingga investor bahwa pihak perbankan selalu siap berhadapan dengan segala bentuk ancaman yang mengganggu stabilitas perekonomian.
Praktik “Scam”
Salah satu kejahatan siber di sektor perbankan adalah praktik scam. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total dana kerugian masyarakat yang menjadi korban scam yang dilaporkan kepada Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) mencapai 700,2 miliar rupiah sejak periode 22 November 2024 hingga 9 Februari 2025. Dari jumlah tersebut, OJK telah memblokir sebesar 106,8 miliar rupiah.
Praktik scam di perbankan adalah berbagai bentuk penipuan yang dilakukan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk mencuri data, uang, atau informasi pribadi nasabah. Beberapa jenis scam yang umum terjadi di dunia perbankan meliputi phishing, skimming, social engineering, SIM swap fraud, carding, fake investment scam, CEO Fraud/ business email compromise (BEC), dan money mule scam.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK,Frederica Widyasari Dewi di Jakarta, Selasa (11/2), menyatakan sejak awal beroperasi hingga 9 Februari 2025, IASC menerima total sebanyak 42.257 laporan, dengan laporan yang sudah diverifikasi sebanyak 40.936 laporan.
Berita Trending
- 1 Masih Jadi Misteri Besar, Kementerian Kebudayaan Dorong Riset Situs Gunung Padang di Cianjur
- 2 Ada Efisiensi Anggaran, BKPM Tetap Lakukan Promosi Investasi di IKN
- 3 Cap Go Meh representasi nilai kebudayaan yang beragam di Bengkayang
- 4 Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
- 5 Mantan Kadisbudpar Cianjur benarkan diperiksa Polda Jabar soal Cibodas