Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

“Circular Economy" Sektor “E-Waste" Harus Dukung Keberlanjutan Lingkungan

Foto : Istimewa

Ketua Koalisi Persampahan Nasional, Bagong Suyoto, di tempat pengepul e-waste kawasan TPST Bantargebang, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Menurut Bagong, ada sekitar 12 jenis dalam kelompok e-waste dalam usaha tersebut. Di sini difokuskan dua jenis plastik, yaitu ABS dan Himpek, mengingat modalnya terbatas. ABS seperti helm, bagian-bagian kendaraan dari plastik. Harga ABS sekitar 4.000 rupiah per kg sekarang. Sedang harga Himpek sekitar 1.200 rupiah per kg. Tujuh bulan lalu ketika pandemi Covid-19 memuncak harganya jatuh 50-60%, bahkan beberapa pengepul/bandar tidak berani beli. Sekarang sudah normal lagi.

Setiap hari Sabtu, tambah dia, tidak ada kegiatan sortir. Aktivitas hanya penimbangan material e-waste yang telah disortir akan dikirim ke Pangakalan V Bantargebang. E-waste terpilah tersebut akan dicacah. Tujuannya guna meningkatkan harga jual. Plastik e-waste sudah dicacah harganya 6.000 rupiah per kg.

Pengepul tersebut, tambah Bagong, selain memperoleh income dari plastik e-waste campuran, juga mendapat dari material besi, alumunium, tembaga, babet. Setiap minggu bisa mengumpulkan besi 2-3 kwuintal. Harga besi rata-rata 4.000 rupiah per kg, besi super mencapai 7.000 rupiah per kg. Sedang harga alumunium 75.000 rupiah per kg. Berkaitan dengan harga-harga tersebut perlu dilakukan cross-check agar lebih valid.

Pengepul itu, tambah dia, menjual besi sebulan sekali sekitar 15 ton. Sistem sortir plastik dan besi menggunakan sistem borongan. Sedang jenis alumunium, babet, dijual setiap tiga bulan sekali. Sistemnya yang belakangan ini adalah maro atau 50%:50%. Jadi semacam tabungan.

Menurut Bagong, perputaran uangnya setiap bulan lebih dari 100 juta rupiah. Pengepul ini merupakan salah satu yang sukses, dari usaha yang awalnya kecil. Kegiatannya hanya melakukan pembelian limbah elektronik, kemudian mensortir, mencacah dan menjual ke pabrik daur ulang. Aktivitas pencacahan dilakukan di tempat lain. Di sini tidak dilakukan daur-ulang, sebab lokasinya kecil dan tidak punya teknologi. Juga berdekatan dengan pemukiman warga dan kantor kelurahan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top