Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cicipi Liwetan Variasi 17 Lauk

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Upacara Selametan itu ditujukan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad saw dengan harapan mendapatkan berkah. Dalam sumber tradisi lisan, konon utusan Gusti Pangeran itu gemar menyantap nasi samin. Lantaran orang Jawa tidak bisa memasak nasi samin, maka mereka membuat nasi yang menyerupai nasi samin, yakni nasi liwet.

Jika kita baca Serat Centhini (1814-1823), nasi liwet dihadirkan ketika Pulau Jawa diguncang gempa bumi. Nasi liwet dihadirkan dengan sebaris doa yang dilantunkan untuk keselamatan.

Dalam naskah kono itu juga memuat kalimat: liwet anget ulam kang nggajih/ wus lumajeng ngarsi/ sadaya kemebul. Ada sebuah cerita, konon Paku Buwana IX (1861-1893) memborong nasi liwet untuk para pangrawit keraton. Ketika hendak pulang, para penabuh gamelan keraton disediakan makanan nasi liwet.

Para pangrawit diminta makan supaya istrinya nanti tidak repot menyiapkan sarapan (di rumah). Dari cerita ini, nasi liwet ternyata sejak dulu telah masuk ke dalam "lidah" komunitas kerajaan. Perjalanan wisata kuliner nasi liwet bergerak di dalam ruang yang berbeda dari masa ke masa, seperti halnya sejarah batik Lawean dan Kauman.

Nasi liwet sanggup bertarung di tengah arus kuliner beraroma modern. Kuliner lawas yang sederhana, sesederhana nasi liwet tidak kalah dengan kuliner yang dikemas mewah.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top