Cegah Penyebaran Penyakit, Pakar: Virus Flu Burung Dapat Dikendalikan dengan Pemanasan dan Deterjen
Arsip Foto - Pekerja membongkar muatan ayam potong yang akan dijual di pasar, Jakarta, Selasa (22/11).
Foto: ANTARA/M Agung RajasaJakarta - Cegah penyebaran penyakit. Guru besar biologi molekuler, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Prof Chairul A Nidom mengungkapkan, virus flu burung mudah mati dan dapat dikendalikan dengan pemanasan serta menggunakan deterjen.
"Semua tipe virus flu burung mudah mati dengan pemanasan dan deterjen," katanya dalam seminar daring mengenai pencegahan flu burung yang diadakan Dinas Kesehatan DKI di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, agar tubuh manusia dapat menangkal virus tersebut, maka masyarakat diimbau untuk memenuhi asupan gizi dan menjaga kesehatan. Dengan tubuh yang sehat dengan asupan gizi yang cukup, maka pertahanan tubuh lebih kuat.
Selain itu, ia mendorong masyarakat menjaga kesehatan dari faktor stres. Ketahanan tubuh yang prima diperlukan mengingat virus flu burung tidak terlihat dan dapat masuk ke dalam sel tubuh.
"Jadi tatkala sehat dan diri penuh gizi, maka respons pertahanan terhadap virus flu burung atau apapun itu bisa lebih dikendalikan dibandingkan ketidaksiapan," katanya.
Untuk mencegah penularan flu burung, lanjut dia, pengendalian dapat dilakukan dengan biosekuriti, karantina, menggunakan produk herbal atau probiotik, vaksinasi hingga pengawasan.
Beberapa waktu lalu kematian akibat varian baru flu burung (H5N1) dilaporkan terjadi di Kamboja yang menewaskan dua warga.
Adanya laporan kematian diduga terkait flu burung itu kembali meningkatkan kewaspadaan termasuk di Indonesia.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga meningkatkan kewaspadaan mengingat tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi mengakibatkan Jakarta memiliki risiko tinggi penularan virus flu burung khususnya varian baru saat ini, yakni 2.3.4.4b.
"Tingkat risiko di Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan provinsi lain," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti.
Kasus flu burung sebelumnya sempat muncul di Indonesia pada 2005. Saat itu kasus di Jakarta lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Tanah Air.
Pada 2006, kata dia, tercatat ada 55 kasus dengan angka kematian yang tinggi mencapai 45 kasus di Jakartaa.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 2 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
- 3 Respons CEO OpenAI tentang Model AI Tiongkok DeepSeek-R1: 'Mengesankan'
- 4 Tanpa Pengenaan Tarif ke Barang Impor, Produk Lokal Bakal Semakin Terpuruk
- 5 Menunggu Hari Nasib Aplikasi Ini, Donald Trump Akan Putuskan Nasib TikTok dalam 30 Hari