Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Buruh Sektor Informal Susah Berkembang

Foto : Istimewa

Ketua Koalisi Persampahan Nasional, Bagong Suyoto bersama para pemulung dan buruh sortir diwawancarai, di kawasan Bantargebang, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebetulnya, tambah dia, buruh merupakan pahlawan keluarga. Pahlawan ekonomi daerah dan nasional. Buruh adalah salah satu kunci dan sub-sistem perputaran ekonomi. Berbagai barang sederhana hingga rumit dan mewah adalah buah kerja para buruh.

Sehingga para pengusaha dan negara/pemerintah harus memperhatikan nasib dan kesejahteraan para buruh. Taraf hidup keluargnya. Sayangnya, tambah Bagong, dalam konteks ini masih berlaku hukum besi. Nasib buruh akan berubah bila terjadi kondisi luar biasa, seperti besi yang dimasukan peleburan dengan panas lebih 1.000 derajat celsius.

Hukum besi kapitalisme, juga berlaku bagi majikan yang kejam; keuntungan meningkat karena mengeksploitasi pekerja. Caranya mempertahankan upah rendah, jam kerja meningkat, tidak memperhatikan jaminan kerja dan kesehatan.

Untuk mendapatkan upah layak, jaminan kesehatan, dan lain-lain terpaksa harus berdemo berteriak-teriak di sengatan matahari hampir setiap bulan, setidaknya setiap tahun sekali pada 1 Mei, dikenal May Day. Perjuangan buruh, tambah Bagong, sangat alamiah di seluruh dunia, yakni ingin memperbaiki kondisi kerja, memperpendek jam kerja, kenaikan upah, jaminan kesehatan.

Untuk menguatkan posisinya buruh membentuk serikat-serikat pekerja sejalan dengan perkembangan demokrasi dan penghargaan hak asasi manusia (HAM) di dunia internasional. Kekuatan buruh semakin kuat dan membangun tempat kerja yang aman, tidak diskriminatif dan berkeadilan. Terlibat dalam suatu serikat/organisasi merupakan hak yang paling dasar, kenyaman kerja. Buruh terus berjuang pantang menyerah, berjuang melalui berbagai pendekatan, channel dan strategi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top