Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 16 Jan 2025, 11:17 WIB

BRIN: Pemangkasan BI Rate Tingkatkan Daya Beli Masyarakat

Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur Doni Primanto (kiri) menyampaikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

Foto: ANTARA

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate menjadi 5,75 persen, akan secara langsung meningkatkan daya beli masyarakat hingga 3 persen.

"Peningkatan daya beli ujungnya, 2-3 persen sudah bagus," kata Peneliti Ahli Madya Ketua Kelompok Riset Ekonomi dan Keuangan Internasional, Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Ragimun dihubungi di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, peningkatan daya beli tersebut dikarenakan masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap kredit atau pembiayaan murah untuk melakukan pembelian maupun usaha. Sehingga hal ini berdampak pada peningkatan daya beli yang dinilai tengah lesu.

Selanjutnya, Ragimun menyampaikan, pemangkasan suku bunga tersebut turut mendorong pengusaha untuk meningkatkan investasinya, yang akan membuka lapangan kerja.

"Dengan penurunan BI rate menjadi 5,75 persen, diharapkan terjadi peningkatan kredit murah, dengan demikian investasi meningkat di masyarakat dan harapannya juga membuka lapangan kerja," ujarnya pula.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate menjadi 5,75 persen adalah untuk mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan di dalam negeri.

"This is the timing untuk menurunkan suku bunga, supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik," kata Perry dalam konferensi pers hasil konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 di Jakarta, Rabu (15/1).

Ia menyebutkan keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen, terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, Perry juga menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga, khususnya menengah ke bawah, masih rendah berdasarkan ekspektasi konsumen. Kemudian, ekspektasi mengenai penghasilan dan lapangan kerja juga masih belum kuat.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Lili Lestari

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.